Novel fiksi ini terdiri dari dua seri buku, yaitu jilid 1 dan jilid 2. Senopati Pamungkas adalah nama fiktif yang disodorkan oleh penulis, dengan keberadaan seperti hantu muncul dan hilang tiada menentu, selalu terlibat dalam kegaduhan kerajaan Singasari hingga sampai terbentuknya kerajaan baru yaitu Mojopahit. Senopati Pamungkas yang memiliki segudang ilmu olah kanuragan alias ilmu silat tingkat tinggi dan ilmu bertarung yang sangat mumpuni, merupakan titik kunci dari kisah novel fiksi sejarah ini. Novel ini sangat menarik, pertama karena kedua buku ini boleh dikata sangat tebal, kedua harga buku ini tidak murah. Mau membeli buku ini, sebelumnya aku berfikir cukup keras apakah memadai membaca buku setebal ini dan juga cukup mahal. Untuk mengangkat bukunya saja perlu tenaga extra, lalu kapan membacanya hingga habis? Ini yang menjadi pemikiranku.
Kutimang-timang, kurasakan, dan kuyakinkan diriku sendiri, moga-moga buku ini tidak mengecewakan. Alhasil, setelah aku membaca buku ini sungguh sang pengarang patut mendapat acungan jempol. Bagaimana tidak? Membaca buku ini rasanya seperti ketagihan, lembar demi lembar selalu menarik untuk terus dipelototi. Kalau anda penggemar silat, buku ini pasti akan memuaskan anda. Kalau anda penggemar buku tentang sejarah Singasari dan Mojopahit, buku ini mengupas tuntas tentang hal-hal tersebut. Kalau anda penggemar novel percintaan, di dalam buku ini pun ada kisah-kisah cinta yang mengharukan. Jadi lengkaplah, buku ini menyajikan fiksi sejarah, novel percintaan dibumbui ilmu olah kanuragan yang sangat mumpuni dan sundul langit-langit.
Sedemikian banyak tokoh fiktif yang dimunculkan oleh pengarang dengan berbagai ilmu yang aneh-aneh(ilmu silat), ternyata tidak mengaburkan esensi utama dari buku ini yang menceritakan hiruk-pikuknya kemegahan kerajaan Singasari yang dipimpin Baginda Raja Prabu Kertanegara, serta jatuhnya kerajaan Singasari akibat pemberontakan kerajaan Gelang-gelang yang dipimpin oleh Prabu Jayakatwang. Hiruk-pikuk cerita sejarah ini tidak selesai hanya sampai disitu, tetapi berlanjut dengan keberhasilan Sanggrama Wijaya menaklukan Jayakatwang dengan cara-cara yang istimewa sehingga lahirlah kerajaaan baru yang dikenal sebagai Mojopahit.
Tokoh-tokoh tenar bermunculan di buku ini, misalnya: Empu Raganata, Patih Halayuda, Senopati Nambi, Lembu Anabrang, Adipati Ronggolawe, Lembu Sora dan seabrek nama tokoh-tokoh top lainnya bermunculan di buku ini. Sederet keturunan dari sang Prabu Kertanegara yang akhirnya membentuk deretan sejarah mojopahit juga muncul secara mengejutkan dengan kisahnya masing-masing di dalam kedua buku ini. Putri-putri keturunan Kertanegara antara lain: Tribhuana, Mahadewi, Jayendradewi, Gayatri(Permaisuri Rajapadni) semua muncul dalam kisah yang mengharu-biru di dalam kedua novel Senopati Pamungkas ini.
Kutimang-timang, kurasakan, dan kuyakinkan diriku sendiri, moga-moga buku ini tidak mengecewakan. Alhasil, setelah aku membaca buku ini sungguh sang pengarang patut mendapat acungan jempol. Bagaimana tidak? Membaca buku ini rasanya seperti ketagihan, lembar demi lembar selalu menarik untuk terus dipelototi. Kalau anda penggemar silat, buku ini pasti akan memuaskan anda. Kalau anda penggemar buku tentang sejarah Singasari dan Mojopahit, buku ini mengupas tuntas tentang hal-hal tersebut. Kalau anda penggemar novel percintaan, di dalam buku ini pun ada kisah-kisah cinta yang mengharukan. Jadi lengkaplah, buku ini menyajikan fiksi sejarah, novel percintaan dibumbui ilmu olah kanuragan yang sangat mumpuni dan sundul langit-langit.
Sedemikian banyak tokoh fiktif yang dimunculkan oleh pengarang dengan berbagai ilmu yang aneh-aneh(ilmu silat), ternyata tidak mengaburkan esensi utama dari buku ini yang menceritakan hiruk-pikuknya kemegahan kerajaan Singasari yang dipimpin Baginda Raja Prabu Kertanegara, serta jatuhnya kerajaan Singasari akibat pemberontakan kerajaan Gelang-gelang yang dipimpin oleh Prabu Jayakatwang. Hiruk-pikuk cerita sejarah ini tidak selesai hanya sampai disitu, tetapi berlanjut dengan keberhasilan Sanggrama Wijaya menaklukan Jayakatwang dengan cara-cara yang istimewa sehingga lahirlah kerajaaan baru yang dikenal sebagai Mojopahit.
Tokoh-tokoh tenar bermunculan di buku ini, misalnya: Empu Raganata, Patih Halayuda, Senopati Nambi, Lembu Anabrang, Adipati Ronggolawe, Lembu Sora dan seabrek nama tokoh-tokoh top lainnya bermunculan di buku ini. Sederet keturunan dari sang Prabu Kertanegara yang akhirnya membentuk deretan sejarah mojopahit juga muncul secara mengejutkan dengan kisahnya masing-masing di dalam kedua buku ini. Putri-putri keturunan Kertanegara antara lain: Tribhuana, Mahadewi, Jayendradewi, Gayatri(Permaisuri Rajapadni) semua muncul dalam kisah yang mengharu-biru di dalam kedua novel Senopati Pamungkas ini.
Baginda Raja Sri Kertanegara membawa Keraton Singasari ke puncak kejayaan yang tiada taranya pada awal sejarah keemasan. Pasukan Tartar yang berhasil menaklukkan dunia dipecundangi. Umbul-umbul berlambang singa berkibar ke seberang lautan.
Idenya mendirikan Ksatria Pingitan, semacam asrama yang mendidik para prajurit sejak usia dini, menghasilkan banyak ksatria. Di antaranya Upasara Wulung, yang sepanjang usianya dihabiskan di situ.
Upasara wulung terlibat dalam intrik Keraton, perebutan kekuasaan, pengkhianatan, keculasan, terseret arus jago-jago kelas utama: mulai dari Tartar di negeri Cina, Pu'un Banten, puncak gunung, dengan segala ilmu yang aneh. Juga lintasan asmara yang menggeletarkan.
Ilmu segala ilmu itu adalah Tepukan Satu Tangan, di mana satu tangan lebih terdengar daripada dua tangan. Di banyak negara diberi nama berbeda, tetapi intinya sama. Pasrah diri secara total.
Diangkat sebagai senopati oleh Raden Wijaya, yang mendirikan Majapahit dengan satu tekad: "Seorang brahmana yang suci bisa bersemadi, tetapi seorang ksatria mempunyai tugas bertempur, membela tanah kelahiran."
Arswendo Atmowiloto merampungkan dengan kenangan tersendiri.
"Dulu, yang terutama membuat saya bisa mengarang dan produktif adalah cerita
silat dan cerita detektif." Tetapi nyatanya Senopati Pamungkas diselesaikan terutama
karena saran-saran dari mereka yang menganggap perlu hadirnya kisah para
pendekar yang besar dari tanah tercinta, dengan kaki yang menginjak sawah,
hutan, laut, keraton. Dengan mata menyorot ke atas, melihat dinding bertuliskan
di lautan asmara, gelombang rindu menyapu....
"Dulu, yang terutama membuat saya bisa mengarang dan produktif adalah cerita
silat dan cerita detektif." Tetapi nyatanya Senopati Pamungkas diselesaikan terutama
karena saran-saran dari mereka yang menganggap perlu hadirnya kisah para
pendekar yang besar dari tanah tercinta, dengan kaki yang menginjak sawah,
hutan, laut, keraton. Dengan mata menyorot ke atas, melihat dinding bertuliskan
di lautan asmara, gelombang rindu menyapu....
Jadi dengan kata lain, bukan hanya terpuaskan membaca buku ini, tetapi mengulang membaca dua-tiga kali lagi aku tidak keberatan. Baguskah buku ini? Anda akan dapat menjawabnya setelah membaca kedua jilid buku Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto ini.