Jumat, 25 Februari 2011

"SENOPATI PAMUNGKAS" - Arswendo Atmowiloto

Novel fiksi ini terdiri dari dua seri buku, yaitu jilid 1 dan jilid 2. Senopati Pamungkas adalah nama fiktif yang disodorkan oleh penulis, dengan keberadaan seperti hantu muncul dan hilang tiada menentu, selalu terlibat dalam kegaduhan kerajaan Singasari hingga sampai terbentuknya kerajaan baru yaitu Mojopahit. Senopati Pamungkas yang memiliki segudang ilmu olah kanuragan alias ilmu silat tingkat tinggi dan ilmu bertarung yang sangat mumpuni, merupakan titik kunci dari kisah novel fiksi sejarah ini. Novel ini sangat menarik, pertama karena kedua buku ini boleh dikata sangat tebal, kedua harga buku ini tidak murah. Mau membeli buku ini, sebelumnya aku berfikir cukup keras apakah memadai membaca buku setebal ini dan juga cukup mahal. Untuk mengangkat bukunya saja perlu tenaga extra, lalu kapan membacanya hingga habis? Ini yang menjadi pemikiranku.

Kutimang-timang, kurasakan, dan kuyakinkan diriku sendiri, moga-moga buku ini tidak mengecewakan. Alhasil, setelah aku membaca buku ini sungguh sang pengarang patut mendapat acungan jempol. Bagaimana tidak? Membaca buku ini rasanya seperti ketagihan, lembar demi lembar selalu menarik untuk terus dipelototi. Kalau anda penggemar silat, buku ini pasti akan memuaskan anda. Kalau anda penggemar buku tentang sejarah Singasari dan Mojopahit, buku ini mengupas tuntas tentang hal-hal tersebut. Kalau anda penggemar novel percintaan, di dalam buku ini pun ada kisah-kisah cinta yang mengharukan. Jadi lengkaplah, buku ini menyajikan fiksi sejarah, novel percintaan dibumbui ilmu olah kanuragan yang sangat mumpuni dan sundul langit-langit.

Sedemikian banyak tokoh fiktif yang dimunculkan oleh pengarang dengan berbagai ilmu yang aneh-aneh(ilmu silat), ternyata tidak mengaburkan esensi utama dari buku ini yang menceritakan hiruk-pikuknya kemegahan kerajaan Singasari yang dipimpin Baginda Raja Prabu Kertanegara, serta jatuhnya kerajaan Singasari akibat pemberontakan kerajaan Gelang-gelang yang dipimpin oleh Prabu Jayakatwang. Hiruk-pikuk cerita sejarah ini tidak selesai hanya sampai disitu, tetapi berlanjut dengan keberhasilan Sanggrama Wijaya menaklukan Jayakatwang dengan cara-cara yang istimewa sehingga lahirlah kerajaaan baru yang dikenal sebagai Mojopahit.

Tokoh-tokoh tenar bermunculan di buku ini, misalnya: Empu Raganata, Patih Halayuda, Senopati Nambi, Lembu Anabrang, Adipati Ronggolawe, Lembu Sora dan seabrek nama tokoh-tokoh top lainnya bermunculan di buku ini. Sederet keturunan dari sang Prabu Kertanegara yang akhirnya membentuk deretan sejarah mojopahit juga muncul secara mengejutkan dengan kisahnya masing-masing di dalam kedua buku ini. Putri-putri keturunan Kertanegara antara lain: Tribhuana, Mahadewi, Jayendradewi, Gayatri(Permaisuri Rajapadni) semua muncul dalam kisah yang mengharu-biru di dalam kedua novel Senopati Pamungkas ini.
Baginda Raja Sri Kertanegara membawa Keraton Singasari ke puncak kejayaan yang tiada taranya pada awal sejarah keemasan. Pasukan Tartar yang berhasil menaklukkan dunia dipecundangi. Umbul-umbul berlambang singa berkibar ke seberang lautan.
Idenya mendirikan Ksatria Pingitan, semacam asrama yang mendidik para prajurit sejak usia dini, menghasilkan banyak ksatria. Di antaranya Upasara Wulung, yang sepanjang usianya dihabiskan di situ.

Upasara wulung terlibat dalam intrik Keraton, perebutan kekuasaan, pengkhianatan, keculasan, terseret arus jago-jago kelas utama: mulai dari Tartar di negeri Cina, Pu'un Banten, puncak gunung, dengan segala ilmu yang aneh. Juga lintasan asmara yang menggeletarkan.

Ilmu segala ilmu itu adalah Tepukan Satu Tangan, di mana satu tangan lebih terdengar daripada dua tangan. Di banyak negara diberi nama berbeda, tetapi intinya sama. Pasrah diri secara total.

Diangkat sebagai senopati oleh Raden Wijaya, yang mendirikan Majapahit dengan satu tekad: "Seorang brahmana yang suci bisa bersemadi, tetapi seorang ksatria mempunyai tugas bertempur, membela tanah kelahiran."
Arswendo Atmowiloto merampungkan dengan kenangan tersendiri.
"Dulu, yang terutama membuat saya bisa mengarang dan produktif adalah cerita
silat dan cerita detektif." Tetapi nyatanya Senopati Pamungkas diselesaikan terutama
karena saran-saran dari mereka yang menganggap perlu hadirnya kisah para
pendekar yang besar dari tanah tercinta, dengan kaki yang menginjak sawah,
hutan, laut, keraton. Dengan mata menyorot ke atas, melihat dinding bertuliskan
di lautan asmara, gelombang rindu menyapu....

Jadi dengan kata lain, bukan hanya terpuaskan membaca buku ini, tetapi mengulang membaca dua-tiga kali lagi aku tidak keberatan. Baguskah buku ini? Anda akan dapat menjawabnya setelah membaca kedua jilid buku Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto ini.

Kamis, 10 Februari 2011

"TAIKO" - Eiji Yoshikawa

Kalau anda tidak memiliki atau sempat (-pinjam punya teman-) membaca buku ini, sungguh suatu saat anda akan menyesal. Ini buku bacaan "wajib" bagi orang-orang yang berani menyebut dirinya sebagai penggemar buku. Dalam buku ini, kita akan mengenal seorang "tokoh unik" yang disebut "Hideyoshi". Hampir setiap orang (paling tidak orang Jepang lah) pasti pernah mendengar atau mengucapkan nama tersebut. Dia - Hideyoshi - sebenarnya adalah orang biasa, rakyat jelata, tanpa pendidikan, rumah tangga berantakan, punya ayah tiri yang galak.

Semasa kecil sampai remaja kerjanya hanya keluyuran tidak menentu tapi dia sangat menyayangi ibunya. Sudah sering kali ia minggat dari rumah... Tapi toh kembali lagi karena kelaparan. Suatu saat, dia benar-benar pergi untuk bekerja serabutan apa saja yang penting dapat makan. Bahkan, terakhir ia menjadi pembantu "khusus", mulai sebagai tukang sapu, pembawa sandal, sampai pencuci kuda. Nah, nasib baik berpihak padanya karena ketekunan dan rajinnya amit-amit, sang Bos mulai menyukai bahkan menyayanginya.

Kebetulan, si Bos Hideyoshi terakhir ini adalah seorang Samurai terkenal saat itu. Nama Bos ini adalah "Nobunaga". Hideyoshi sebenarnya pandai membawa diri dengan sikap santun dan memiliki otak setengah encer alias cerdik. Kalau lihat tampangnya (maaf), Hideyoshi termasuk "agak parah". Orangnya pendek, rambut acak-acakan dan sukar disisir, tubuh kerempeng, hidung pas-pasan, muka jerawatan... Pokoknya boleh dikata "tidak keren" sama sekali. Sewaktu kecil, dia sering dipanggil si "monyet".

Celakanya, saat ia sudah dewasa, bahkan oleh sang bos - Nobunaga - dia tetap dipanggil monyet. Tapi tak apa lah, dia sudah biasa mendengar ejekan itu dan tidak perlu marah. Sebagai pengikut setia sang tokoh Samurai hebat di jaman itu, anda tentu mengira bahwa Hideyoshi juga seorang samurai hebat. Ternyata dugaan anda agak meleset. Kemampuan bermain pedang Hideyoshi mungkin hanya sedikit lebih baik dari anda saat bermain pedang-pedangan - menyedihkan! Seiring kemenangan demi kemenangan Nobunaga dalam peperangan, Hideyoshi selalu ikut berperan menentukan keberhasilan Nobunaga.

Taktik-taktik peperangan di medan tempur, trik-trik negosiasi dengan musuh, cara pendekatan persuasif untuk merangkul sekutu, dan kesetian tanpa tanding yang dimiliki Hideyoshi, sungguh membuat Nobunaga semakin percaya kepadanya. Selain itu, kecerdikan Hideyoshi juga tampak saat dia memberi "nasehat" kepada Bos; bagaimana membuat anak buah tunduk dan patuh pada Nobunaga. Bahkan pada waktu Nobunaga merencanakan membuat benteng pelindung dari serangan musuh; untuk melunakkan hati pekerja bangunan yang bandel - pun, diantara sekian anak buah Nobunaga yang rata-rata adalah panglima perang beken, ternyata hanya Hideyoshi yang sanggup mengatasinya, luar biasa!

Ide-ide cemerlang Hideyoshi sering kali membuat para "Jendral-jendral" Nobunaga meradang. Hideyoshi yang hanya sekelas "kacung" dapat mengungguli mereka para Jendral yang kenyang asam garam peperangan. Namun ada juga yang tidak membenci Hideyoshi secara terang-terangan. Melalui usaha tak kenal lelah, akhirnya Nobunaga berhasil meraih cita-citanya sebagai pemegang puncak kekuasaan di Jepang, yakni sebagai "Shogun". Dengan keberhasilan Nobunaga menjadi Shogun, karir dan nasib Hideyoshi ikut melambung.

Sebagai orang kepercayaan, Hideyoshi tidak pernah mengecewakan Nobunaga. Maka, Hideyoshi diberi job lumayan ok, yaitu memimpin sekelompok kecil prajurit. Naik pangkat, begitulah istilah gampangnya. Saat Nobunaga akhirnya gugur pada serangan mendadak yang dilakukan musuh, maka Hideyoshi lah yang mengambil kesempatan emas ini untuk menggantikan posisi Nobunaga. Jadi, dengan kata lain, pelan tapi pasti Hideyoshi naik pangkat lagi. Bahkan naiknya melebihi aturan main yaitu secara tidak langsung dia memegang tampuk kekuasaan tertinggi dengan menebeng nama salah satu putra Nobunaga.

Kisah perjalanan hidup Hideyoshi dan Nobunaga dijelaskan sangat runtut dan menyentuh dalam buku ini. Cerita berikutnya... sebaiknya anda sendiri yang membaca, pasti lebih menarik, pasti lebih penasaran, dan akhirnya yakinlah anda akan terpuaskan. Selamat anda telah mengenal sang maestro Jepang jaman dahulu kala "Hideyoshi".

"DIGITAL FORTRESS" - Dan Brown


PLAZA DE ESPAGA
SEVILLA, SPANYOL
11:00 siang

Konon, dalam kematian, segalanya menjadi jelas.
Sekarang Ensei Tankado tahu bahwa hal itu
benar. Sambil mencengkram dadanya dan ter-
jatuh ke tanah kesakitan, lelaki itu menyadari
kengerian akibat kesalahan yang dibuatnya.
    Orang-orang bermunculan dan berkerumun
di sekitar Ensei Tankado. Mereka mencoba me-
nolongnya. Tetapi Tankado tidak menginginkan
pertolongan--sudah terlambat.
    Tankando gemetar, mengangkat tangan kiri-
nya, dan mengulurkan jari-jarinya. Lihatlah
tanganku! Wajah-wajah di sekitarnya menatap
dirinya, tetapi dia tahu mereka tidak mengerti.
    Pada jari Tankado terdapat sebuah cincin
emas berukir. Untuk sejenak, ukiran pada cincin
itu berkilau di bawah matahari Andalusia. Ensei
Tankado sadar bahwa itu adalah cahaya terakhir
yang dia lihat.[]

National Security Agency(NSA) adalah lembaga paling rahasia dan bernilai miliaran dolar. Ketika mesin pemecah kode NSA yang sudah teruji keandalannya menghadapi sebuah kode misterius yang tidak dapat dipecahkan, badan rahasia itu mengundang kriptografer kepalanya, Susan Fletcher, seorang ahli matematika yang cantik dan cerdas. Hasil temuan Susan memunculkan gelombang yang mengguncang para pemangku kekuasaan.

NSA tersandera ... bukan oleh bom atau senjata, tetapi oleh kode yang begitu kompleks sehingga, jika beredar, akan melumpuhkan intelijen Amerika. Terjebak dalam badai-kencang dusta dan rahasia, Susan Fletcher berjuang menyelamatkan perusahaan yang dipercayainya. Terhimpit dari segala sisi, ia mendapati dirinya tidak hanya berperang demi negaranya, tetapi juga nyawanya dan, pada akhirnya, nyawa lelaki yang dicintainya.

Dari kekuatan ruang bawah tanah hingga gedung pencakar langit di Tokyo dan katedral yang menjulang tinggi di Spanyol, sebuah pertarungan hebat terbentang!

"SENJA JATUH DI PAJAJARAN" - Aan Merdeka Permana

Serial ini terdiri dari 3 seri yang masing-masing berjudul:
1. Kemelut Di Istana Sri Bima
2. Kemelut Di Cakrabuana
3. Kunanti Di Gerbang Pakuan

Membaca dan memahami sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah berjaya di bumi Nusantara; sejatinya akan membuat kita lebih kaya pengetahuan tentang budaya bangsa Indonesia di masa lampau. Novel fiksi ini mengupas hingar-bingar perebutan harta, cinta, dan kekuasaan seputar - "Istana Sri Bima" - di bumi Jawa bagian barat. Dalam hal ini, "Pakuan" yang menjadi pusat pemerintahan, cukup kewalahan menghadapi kepungan Banten, Demak, dan Cirebon yang ingin memisahkan diri dari pengaruh "Pajajaran".

Permusuhan yang penuh intrik, fitnah, dan tebaran mata-mata mewarnai kisah kemelut ini. Saat itu yang menjadi penguasa Pajajaran di Pakuan adalah "Prabu Ratu Sakti" (1543 - 1551 Masehi). Sedangkan tokoh fiktif yang dimunculkan penulis pada buku ini adalah "Ginggi" yang adalah murid terakhir Ki Darma. "Ki Darma" yang sangat mencintai dan pernah mengabdi cukup lama sebagai tokoh penting di pusat pemerintahan Pajajaran; sangat prihatin melihat banyaknya penghianat di bumi Pajajaran.

Kisah-kisah "asmara" yang penuh bilur-bilur kepedihan, oleh penulis dituturkan dengan sedemikian memikat dan penuh pesona. Novel besutan penulis yang asli orang Sunda ini, juga mengajak pembaca menyusuri lekuk liku bumi "Parahiyangan" yang sangat menawan dan eksotik.
Ki Darma menghela napas panjang, lalu berkata, "Prabu Ratu Sakti yang memimpin negeri hari-hari belakangan ini, sebenarnya punya tujuan baik. Dia ingin mengembalikan Pajajaran ke zaman keemasan seperti yang dialami oleh Sri Baduga Maharaja, kakek buyutnya. Hanya bedanya jika dulu kekayaan negeri melimpah, kini kekayaan kas negara harus dihasilkan dari keringat rakyat sendiri. Kemampuan rakyat dipompa habis, seba (pajak) ditarik setinggi-tingginya."

Pemberontakan demi pemberontakan datang silih berganti mendera Pajajaran dan sejauh itu masih bisa ditepis oleh prajurit yang masih setia penuh pada negara, seperti yang dilakukan kelompok Yogascitra. Hanya saja, peperangan ini menyebabkan kekuatan negeri kian melemah. Pajajaran makin terpuruk ketika pasukan dari Banten untuk kedua kalinya melakukan penyerbuan ke Pakuan pada tahun 1567 Masehi.

Alhasil, kerajaan besar di 'telatah Sun
da' inipun makin tak menentu. Rakyat dan punggawa tak tahu lagi mesti menaruh harap kepada siapa. Beruntung, dalam kemelut besar ini hadir seorang kesatria yang berkali-kali menyelamatkan Pajajaran dari ancaman kehancuran akibat pemberontakan. Kesatria Ginggi membawa sejumput cahaya harapan bagi Pajajaran yang telah berada di ambang gulita senja. Dapatkah kerajaan Pajajaran sekali lagi dan sekali lagi terhindarkan dari kehancuran? Bagaimana pula akhir drama penyerangan pasukan Banten ke kerajaaan ini?

Trilogi Pajajaran ini mengkisahkan dengan tuntas dari awal hingga akhir kisah perjalanan negeri Pajajaran beserta para pelakon di dalamnya. Selamat menikmati!

Rabu, 09 Februari 2011

"THE HEIKE STORY" - Eiji Yoshikawa

Sebuah kisah Epik yang menggambarkan keadaan pada abad ke dua-belas sampai awal abad ketiga belas. Kisah ini bertahan sebagai sebuah dokumen sejarah penting dan salah satu karya sastra terbesar dari masa itu. Penulis memperkenalkan tokoh-tokoh sejarah, begitu pula tokoh-tokoh khayalan di dalam novel ini, namun tidak seorang pun dari mereka menjadi pahlawan utama.

Kisah ini ditulis pada saat ibukota dipindahkan dari Nara menuju Kyoto yang sekarang dikenal dengan nama Tokyo. Saat itu, para bangsawan dari 'Klan Fujiwara' memegang peranan didalam pengambilan keputusan-keputusan negara. Mereka mengembangkan sistem pemerintahan yang berpusat pada Kaisar, menduduki semua jabatan penting, Klan Fujiwara menjadi penguasa negara.

Karena wewenang ini, kekayaan Fujiwara pun terus bertambah dan para bangsawan hidup penuh kemewahan dan kekayaan. Kesenian berkembang pesat dan Fujiwara menjadi pengayom bagi golongan seniman. Drama 'Noh', 'Kabuki' yang termahsyur pada abad ke dua-belas berkembang pesat dan menjadi warisan kesusastraan rakyat Jepang. Selain itu, lembaga agama Buddha ikut menikmati perkembangan ini dibawah pembinaan Fujiwara dan mendapat kekayaan besar dalam bentuk tanah bebas pajak. Kuil-kuil dan biara besar melatih para pendeta dan biksu mereka untuk bertempur. Kuil yang terkuat pada masa itu adalah Enryakuji di Gunung Hiei, di sebelah timur laut ibukota.

Pada pertengahan abad itu, pertikaian militer besar-besaran terjadi antara Klan Heike dibawah panglima muda 'Kiyomori' melawan Klan Genji. Klan Heike berhasil mengalahkan Klan Genji. Kiyomori sebagai pemimpin muda Klan Heike ternyata gagal merumuskan sistem pemerintahan dan perundangan yang baru. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan yang tiada henti antara Heike dan Genji. Kedua Klan samurai tersebut sebenarnya tidak memiliki keterkaitan apapun dengan Istana Kekaisaran. Sedangkan Klan Fujiwara yang berusaha menarik dukungan dari Klan Heike maupun Klan Genji sebenarnya hanya ingin mempertahankan wewenang mereka di dalam lingkungan Istana Kerajaan.

Tragisnya, di dalam Klan Fujiwara sendiri terjadi kelompok faksi-faksi yang saling mengadu domba serta mempengaruhi pertikaian bersenjata diantara kuil-kuil dan biara-biara besar. Seluruh Jepang dirundung konflik pada abad ini. Para panglima kecil diberbagai wilayah saling menyerang sehingga seluruh negeri dilanda perang saudara. Kedamaian baru terasa pada akhir abad ke-16, dibawa oleh seorang Jendral bernama 'Tokugawa Ieyasu'. Dialah pelopor 'diktator samurai' yang memerintah Jepang dengan tangan besi selama dua ratus lima puluh tahun.

Novel ini cukup menarik, bercerita tentang kedigdayaan Heike Kiyomori selama masa penuh gejolak itu. Pria yang lemah lembut dan berwawasan luas ini meninggalkan jejak berdarah dalam sepak terjangnya. Perubahan dramatis nasib Kiyomori menjadi inti dari Novel Epik ini. Kisah yang eksotis dengan tutur kata yang indah cukup dapat memikat para pembaca buku ini.

"PERCY JACKSON" - Rick Riordan

Serial Percy Jackson terdiri atas 5 buku yang masing-masing berjudul:
  1. The Lightning Thief (Pencuri Petir)
  2. The Sea Of Monsters (Lautan Monster)
  3. The Titan's Curse (Kutukan Bangsa Titan)
  4. The Battle Of The Labyrinth (Pertempuran Labirin)
  5. The Last Olympian (Dewi Olympia Terakhir)

Serial buku ini sebenarnya diperuntukan bagi anak-anak remaja. Namun demikian, bagi orang dewasa - bacaan ini boleh juga. Membaca buku ini, kita seakan diajak mengelilingi dunia lain, seperti halnya kalau kita mendengarkan cerita tentang kehebatan berbagai macam dewa jaman kuno seperti: Dewa Petir, Dewa Laut, Dewa Neraka yang hidup di bawah tanah dan segala macam tetek-bengek dewa-dewa lain. Siapa yang tidak mengenal 'Zeus'-tokoh legenda tentang kekuatan petir. Demikian juga dengan sang penguasa lautan yakni 'Poseidon' serta penguasa dunia bawah tanah 'Hades'. Ketiga tokoh utama penguasa langit dan bumi ini sebenarnya masih bersaudara. Bagaimana mereka bisa bersaudara? Dari nenek moyang yang mana lagi? ... Siapa yang tahu?.

Semua keturunan ketiga dewa ini dari anak - cucu - cicit - cindil, semua memegang peranan dalam mengatur dan menggerakkan segala alam semesta yang konon menurut cerita ada hukum-hukum/aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi.

Cerita ini diawali dengan seorang tokoh anak muda - remaja tanggung yang bernama 'Percy Jackson'. Percy Jackson ternyata adalah 'anak blasteran' yang hidup diantara anak-anak normal yang lain. Namun selalu dan selalu; baik sengaja maupun tidak sengaja, dimanapun ia berada akan menimbulkan kehebohan di sekitarnya. Dengan kejadian demi kejadian ini, Percy seringkali harus pindah sekolah. Maklum, Percy Jackson memiliki kekuatan "supranatural" di dalam dirinya yang tidak ia ketahui dan berasal dari darah keturunannya sebagai anak blasteran. Jangan salah sangka, yang dimaksud anak blasteran ini adalah "khusus", yaitu anak keturunan dari pasangan seorang dewa dengan manusia biasa. Sejak kecil Percy tidak bisa membayangkan wajah sang ayah. Yang ia tahu adalah ibunya dan "pendamping" ibunya yang baru. Tentu saja Percy tidak mengenal sang ayah; karena sang ayah harus bekerja keras mengamankan Kerajaannya yaitu samudra luas beserta semua isinya. Siapa gerangan ayah Percy? Tidak lain adalah Poseidon sang Dewa lautan.

Buku ini banyak menceritakan perjalanan hidup Percy Jackson bersama Grover. Dia adalah teman setia Percy. Sikap Grover sangat santun, penurut, dan agak sedikit gampang gugup. Ternyata, akhirnya ketahuan bahwa Grover bukan hanya sekedar teman seperti teman biasa. Grover adalah seorang utusan dari sekolah khusus anak-anak blasteran semacam Percy Jackson. Tugas Grover adalah mengamati, mengikuti, dan mencari anak-anak blasteran yang mungkin dijumpai untuk dibawa ke sekolah khusus anak blasteran. Jadi semacam mata-mata begitulah... Atau seorang detektif swasta. Nah!, kalau anda penasaran siapa Grover?...aku beri sedikit bocoran nih: Grover ternyata adalah 'manusia berkaki kambing'. Emangnya ada manusia begini? Ya ada'lah!. Kalau kurang percaya baca aja bukunya, asal jangan anda cari di dunia sekarang ini- kelihatannya sudah jarang dijumpai. Jangan-jangan kambing benar-benar anda kira golongan Grover!

Ahh... Kalau aku cerita terus tentang jenis-jenis manusia seperti Grover ini, akan jadi tambah panjang dan merepotkan. Lebih baik aku beritahu anda bahwa ada juga dewa yang bernama Hermes. Anda tahu siapa dewa ini?. Dewa ini ternyata adalah dewa pencuri! Lalu ada lagi: Dewa Ares, Dewa Apolo, Dewi Athena, dan seabrek dewa-dewi lainnya. Kalau anda pernah belajar sejarah Yunani kuno, maka semua dewa itu ada di dalam buku ini.

Begini aja deh!, pokoknya buku ini sangat seru, heboh, dan anda bisa berkenalan dengan banyak dewa... Bayangkan! Anda akan berkenalan dengan 'dewa'!. Mungkin anda akan minta tanda tangan? siapkan dulu kertas anda. Lalu apa kehebatan buku ini? Untuk menjawabnya, Anda bisa membayangkan setelah mengetahui seberapa banyak 'penghargaan' yang diterima dan seberapa banyak catatan bestseller yang tercantum dalam bukunya. Beberapa diantaranya adalah:

  • Pemenang Penghargaan Mark Twain 2008
  • New York Times Bestseller & Child Magazine Best Book 2006
  • Amazon Best Book of 2007
  • dan sederet penghargaan lainnya, kalau ditulis bisa ngabisin 2 lembar kertas...

Kalau anda berminat memiliki buku ini, kami ingatkan untuk tidak sampai buku ini dibaca oleh anak TK atau SD kelas 1; takutnya sih mereka bisa 'berlagak seperti dewa' setelah membaca buku yang satu ini, bisa tambah merepotkan.
Okey... selamat menikmati dan silahkan menjadi 'dewa'!.

Selasa, 08 Februari 2011

"Angsa-Angsa LIAR" - Jung Chang

"Epik yang memukau dan luar biasa. Karya tentang sejarah yang nyata dan hidup yang digambarkan secara mendalam lewat pengalaman sebuah keluarga, pembahasan yang tiada tandingnya tentang pembangunan China modern serta dampak perang dan sistem pemerintahan totaliter terhadap nasib seperempat penduduk dunia."
Richard Heller, Mail on Sunday


"Luar biasa! Kisah tentang sebuah keluarga penuh kasih yang diceritakan dengan latar belakang kekacauan dan kematian yang sulit dicari bandingannya di abad ini. Wild Swans bercerita tentang bagaimana rakyat bertahan dalam kondisi yang tak terbayangkan, dan bagaimana beberapa di antara mereka - meskipun ditekan dan disiksa - berhasil mempertahankan sisi-sisi baik manusia. Buku ini sangat hebat."
Caroline Moorehead, New Statesman


"Kisah nyata tentang tiga generasi dalam sebuah keluarga China ini berisi lebih banyak drama keluarga daripada Dynasty, lebih keras daripada film-film hitam, lebih banyak tragedi menyedihkan daripada Little Dorrit, serta lebih banyak pemutarbalikan fakta dan kejahatan daripada yang digambarkan dalam fresco Balzac. Dengan gaya penulisan yang ringan, Jung Chang memperkenalkan kita pada sebuah dunia di mana perasaan tidak aman, kehancuran yang terjadi tiba-tiba, penyiksaan dan kematian karena tindak kekerasan dianggap hal yang biasa terjadi, sewajarnya turunnya hujan di esok hari. Belum pernah ada buku seperti ini."
Edward Behr, Los Angeles Times


"Kalau Anda peduli pada sejarah China abad kedua puluh - bahkan kalaupun Anda tidak peduli - Wild Swans tetap sebuah buku yang luar biasa. Buku ini amat sangat bagus: kisah tentang petualangan yang gila-gilaan, dongeng tentang keberanian, cerita panjang tentang kekejaman, dan perenungan tentang betapa pria tidak bisa memahami wanita dan ... sebaliknya. Fakta sejarah disampaikan secara wajar, mengalir bagaikan cerita rekaan, dan karenanya membuat buku ini menjadi bestseller. Anda takkan bisa berhenti membaca sebelum sampai ke halaman terakhir."
Carolyn See, New York Newsday

"The LOST SYMBOL" - Dan Brown

Dan Brown adalah salah seorang penulis kelas dunia dan telah menelurkan beberapa buku laris yang selalu ditunggu-tunggu para penggemarnya. Membaca buku-buku karangan Dan Brown; kita seakan terbius oleh alur cerita penuh misteri yang disuguhkannya. Lost Symbol membuat pembaca harus ikut berpikir, menebak-nebak, mencoba menguak misteri tersembunyi dari setiap tokoh atau kejadian yang muncul dalam buku ini. Selain itu, kita juga diajak melihat dan memahami lokasi-lokasi yang berbeda-beda. Setiap tempat yang dituliskan di buku ini menyimpan rahasianya masing-masing.

Penulis satu ini seakan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat pembaca selalu penasaran; akan kemana dan bagaimana kisah ini berakhir. So, kita jadi terus-menerus "Paranoid" sejak awal hingga akhir cerita. Membaca buku Lost Symbol ini; bagai menelusuri hal-hal yang tampaknya hanya imajinasi sang penulis ternyata benar-benar nyata. Keberanian Dan Brown menguak rahasia berbagai organisasi dunia patut diacungi jempol. Membaca buku ini, kita akan segera mengenal organisasi elit dunia dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Dapat memiliki dan mengkoleksi buku karya Dan Brown ini sungguh tidak membuatku kecewa.

FAKTA:

Pada 1991, sebuah dokumen disimpan
dalam brankas direktur CIA. Saat ini,
dokumen itu masih ada di sana.
Teks tersandinya antara lain menyebutkan
portal kuno dan lokasi tak dikenal
di bawah tanah. Dokumen itu juga berisikan
frasa "Terkubur di suatu tempat di luar sana".

Semua organisasi dalam novel ini benar-
benar ada, termasuk Freemasons, Invisible
College, Office of Security, Smithsonian
Museum Support Center, dan Institute
of Noetic Sciences.

Semua ritual, ilmu pengetahuan, karya
seni, dan monumen di dalam novel ini
nyata.

Senin, 07 Februari 2011

"Madame Kalinyamat" - Zhaenal Fanani

Sebuah novel epos yang mampu menyentuh hati para pembacanya. Ternyata dalam ketidak-berdayaan seorang perempuan masih tersimpan sebuah kekuatan - yang oleh penulis(Zaenal Fanani) dituturkan dalam sebuah cerita yang menggugah perasaan. Membaca Novel ini akan semakin melengkapi pengetahuan kita tentang sejarah masa lalu. Seperti yang kita tahu, sejarah masa lalu tidak selalu bercerita tentang kejayaan ataupun kegemilangan sebuah kerajaan. Namun, kadangkala ada kisah-kisah sedih yang seringkali luput dari perhatian. Melalui Novel ini, kita akan diajak menengok kembali suatu kejadian tragis dalam sejarah Kesultanan Pajang dan Demak.


Kecantikan, kecerdikan, dan rahim darah biru mengantarnya memiliki gravitasi menawan. Ia bagaikan gelombang yang terkadang meradang dahsyat, namun sesekali bergerak santun dengan bahasanya. Ia sosok yang mengumpulkan sederet kesempurnaan. Ia putri ketiga Sultan Trenggana, Sultan Demak Bintara. Dan ia dipersunting Pangeran Kalinyamat. Ia hidup dalam lingkar kekuasaan Kesultanan Demak.

Kekuatan cinta, ketika suaminya terbunuh ditangan Arya Penangsang, membawanya menakar sebuah sumpah. Ia akan berpuasa dengan tubuh tanpa pakaian, sepanjang belum menyaksikan penggalan kepala Arya Penangsang. Dan kelak, ia akan membuat kepala itu sebagai alas kaki pada pintu masuk pesanggrahannya di Gunung Danaraja.

Dua orang penunggang kuda, yang seorang adalah laki-laki dan yang seorang lagi adalah perempuan. Si laki-laki berwajah tampan. Si perempuan adalah perpaduan dari sebuah ciptaan yang sempurna. Para prajurit mengenali mereka sebagai Pangeran Kalinyamat dan istrinya, Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat ialah adik Sunan Prawata. Mereka adalah dua diantara enam putra mendiang Sultan Demak, Sultan Trenggana.
"Aku ingin menengok Kang Mas Prawata..." Ratu Kalinyamat menjelaskan maksud kedatangannya.
"Aku khawatir Arya Penangsang menuntut darah ayahnya" Sunan Prawata berucap, membelah keheningan yang sesaat meruang di balairung kamar itu.

Jauh sebelum kedatangan Ratu Kalinyamat ke ibukota Demak, disebuah senja yang bersahabat, Arya Penangsang dipanggil gurunya, Syekh Ja'far Shadiq atau dikenal dengan sebutan Sunan Kudus. Sunan Kudus memiliki tiga orang murid. Yang pertama adalah Arya Penangsang sebagai Adipati di Jipang. Yang kedua adalah Sunan Prawata, yang bertahta sebagai Sultan Demak. Yang ketiga ialah Mas Karebet atau Jaka Tingkir, yang saat ini bertahta sebagai Adipati di Pajang bergelar Hadiwijaya.

Langit di kaki bumi mulai memerah. Arya Penangsang bangkit. Dengan tubuh bergetar, ia mencium tangan Sunan Kudus, lalu mundur dan meninggalkan sang Sunan. Saat itu, Sunan Kudus dapat merasakan hawa panas pada tangannya yang baru dicium Arya Penangsang.

"Kisanak, Kanjeng Sunan Prawata telah wafat! Kami harus buru-buru memberi tahu adinda Kanjeng Sunan, Ratu Kalinyamat!" salah seorang dari prajurit itu menjawab. Pangeran Kalinyamat beserta sang istri, Ratu Kalinyamat terlihat memasuki Istana Demak. Obor-obor masih menyala. Bendera berkabung berkibar-kibar. Beberapa prajurit Demak tegak membentuk formasi menyambut kedatangan para tamu untuk ikut berbela sungkawa.
Dengan gerakan gontai, Ratu Kalinyamat mendekati ranjang perabuhan Sunan Prawata. Mimik wajahnya tampak kusut. Ia berpaling sejenak pada suaminya. Kemudian, dengan tangan bergetar, ia singkapkan kain penutup bersulam itu. Disana ia melihat sebuah tubuh yang telah diam membeku. Tubuh seorang yang dilahirkan dari rahim yang sama dengan dirinya.

"Kang Mas Kalinyamat, aku merasa Sunan Kudus berpihak pada Arya Penangsang!" kata Ratu Kalinyamat dalam perjalanan pulang.
"Sudahlah Nyi Ratu. Meski kita tidak sependapat dengan gagasan Kanjeng Sunan Kudus, tapi sebaiknya kita jauhkan segala prasangka pada diri beliau. Kita hormati semua jalan pikiran beliau," sahut Pangeran Kalinyamat berusaha menenangkan hati istrinya.
"Kang Mas, kita diikuti!" bisik Ratu Kalinyamat sangat pelan. Pangeran Kalinyamat mengangguk. Seperti halnya Ratu Kalinyamat, sebenarnya ia juga merasa ada gerakan yang tak henti mengawasi mereka.
Empat belas laki-laki cepat membentuk lingkaran, lalu bersamaan mereka serentak maju. Ruang gerak Pangeran Kalinyamat kian menyempit. Ia mulai terkurung dari segala penjuru tanpa ada celah untuk menghindar.
Ia terhuyung kebelakang, namun dari arah belakang, empat laki-laki sudah menyambutnya dengan tombak melayang ke udara. Seperti suara halilintar, Ratu Kalinyamat tercengang kaku mendengar kematian Pangeran Kalinyamat.

Lalu ia berteriak melolong, "
Wahai langit! Wahai Bumi! Saksikan sumpahku...!"

"The Bartimaeus Trilogy" - Jonathan Stroud

The Amulet of Samarkand, The Golem's eye, Ptolemy's Gate
Bartimaeus adalah jin tingkat tinggi. Baru mendengar namanya saja; banyak mahluk sebangsanya akan segera lari terbirit-birit. Maklum, Bartimaeus sudah malang melintang di dunia jin ribuan tahun lamanya. Sejak jaman Firaun, Bartimaeus sudah dikenal dan terkenal di kalangan jin. Bartimaeus bukan sembarang jin. Bartimaeus tidak mudah diikat dan dikuasai mahluk bernama manusia. Bagi Bartimaeus, manusia termasuk mahluk lemah, bodoh, cerewet, dan tidak percaya diri.

Manusia suka memanfaatkan jin untuk kepentingannya sendiri. Bartimaeus menganggap dirinya adalah jin yang cerdas, pintar, sedikit suka berbohong, suka plin-plan, tapi dia adalah jenis jin tingkat tiga yang bisa berubah menjadi apa saja yang dia inginkan. Selain itu, Bartimaeus sesekali juga agak penakut, licik tapi cerdik, kalau perlu tidak malu untuk bersembunyi jikalau musuh lebih kuat. Tidak disangka suatu saat Bartimaeus terpaksa keluar dari dunia sunyinya karena ditarik oleh kekuatan manusia... Menyakitkan tentu saja.

Betapa marahnya Bartimaeus karena diganggu ketenangannya. Celakanya, kali ini yang memanggil dan mengikatnya bukan manusia berkelas dan bergengsi seperti Firaun; tapi hanya seorang anak remaja ingusan, bocah kurus kering - kerempeng, seorang anak tanggung yang penampilannya acak-acakan, penyihir bau kencur. Betapa marahnya Bartimaeus mengetahui hal ini... pelecehan yang tak terkira bagi mahluk sekaliber aku yang jelas ditakuti oleh jin-jin kelas teri lainnya. Tapi apa boleh buat, karena segala persyaratan sudah dipenuhi, Bartimaeus terpaksa harus mengikuti perintah tuan kecilnya... disuruh kesana-kemari, kadang menjadi mata-mata, kadang hanya disuruh mencuri sesuatu, atau menunggu berjam-jam seseorang yang lewat... Ah! pokoknya sangat menyebalkan.

Aku, Bartimaeus yang mampu melihat sampai plane - tingkatan keberadaan - yang ketujuh dengan mata facet. Aku, Bartimaeus yang bisa berubah wujud dari yang paling menggelikan sampai yang paling mengerikan; terpaksa melayani anak bau kencur ini. "Aku memerintahkanmu... untuk... untuk..." Ya ampun, begitulah biasanya mereka memulai, para penyihir ingusan itu. Ocehan yang tidak berarti. Sialnya, dia sudah tahu namaku sehingga dia bisa memanggil aku. Maksudku, ini kan tidak seperti memanggil taksi - kau tidak bisa mendapatkan siapa saja jika memanggil. "Bartimaues" panggil anak itu sambil menelan ludah. Dengan susah payah dia menyebut namaku dan tampaknya dia mulai gentar melihat tampangku.

"Apakah engkau Bartimaeus yang pernah membetulkan tembok Praha?" tanyanya. Anak ini benar-benar buang waktu. Siapa lagi kalo bukan aku?
Aku yang berbicara dengan Solomon, aku yang membangun kembali tembok Praha, aku yang pernah menjadi tangan kanan Firaun. Maka aku bertanya kepadamu, Hai bocah, siapa kamu berani memanggilku? Keren, kan? Plus, semua keterangan itu memang benar sehingga efeknya lebih dahsyat. Bukannya aku menyombongkan diri, tetapi jika lengah sedikit saja, jangan harap si mahluk kecil ini masih dapat bernapas. "Dengan lingkaran pembatas, ujung-ujung Pentacle dan rangkaian tulisan kuno, aku tuanmu! Kau akan mematuhi perintahku!" Sungguh memuakkan mendengar tingkah menyebalkan anak ingusan ini. Nathaniel nama anak lelaki kerempeng itu. 

Para penyihir selalu berkeras melakukan panggilan spesifik dalam waktu spesifik. Hal itu meniadakan kemungkinan bagi kami untuk menangkap basah mereka (besar kemungkinan berakibat fatal) dalam keadaan yang tak menguntungkan.

Bahkan para penyihir pun bingung akan variasi jenis kami yang tak terbatas, yang berbeda satu sama lain seperti gajah dengan serangga, atau elang dengan amuba. Meski begitu, bicara secara umum, ada lima tingkatan dasar yang biasanya dapat kutemukan bekerja melayani penyihir. Mereka adalah, dalam urutan semakin ke bawah semakin kecil kekuatan dan kedahsyatannya: marid, afrit, jin, foliot, imp. (Ada berkompi-kompi jenis sprite yang lebih lemah daripada imp, tapi para penyihir tak buang-buang waktu untuk memanggil mereka. Begitu juga, jauh di atas kekuatan marid, ada beberapa entitas dengan kekuatan luar biasa; mereka jarang ditemukan di bumi, karena hanya sedikit penyihir yang berani bahkan hanya untuk mengungkap nama mereka). Pengetahuan mendetail akan hierarki ini amat vital bagi penyihir maupun kami, karena keselamatan biasanya tergantung pada pengetahuan akan keberadaanmu. Contohnya, sebagai spesimen jin yang amat bagus, aku memperlakukan jin-jin lain dan semua yang berada di tingkat atasku dengan hormat, tapi foliot dan imp akan kuberikan dengusan.

Para penyihir adalah kelompok manusia yang paling licik, dengki, dan pandai memanipulasi di dunia, bahkan jika dibandingkan pengacara dan kalangan akademis. Mereka memuja kekuasaan dan berusaha mendapatkannya, juga mencari setiap kesempatan untuk menyikut pesaing mereka. Menurut perkiraan kasar, setidaknya delapan puluh persen pemanggilan mahluk halus ada hubungannya dengan menipu sesama penyihir, atau mempertahankan diri dari hal yang sama. Tua atau muda, kurus atau gemuk kelemahan paling fatal para penyihir adalah harga diri mereka. Mereka tak tahan ditertawakan. Mereka begitu membencinya sehingga penyihir yang paling pandai pun dapat kehilangan kontrol dan membuat kesalahan konyol.

Hampir seperti perak, besi tak bersahabat dengan jin. Orang-orang menggunakannya untuk menghalau kekuatan kami selama berabad-abad; bahkan tapal kuda dianggap "beruntung" karena dibuat dari besi. Banyak produk modern - plastik sintetis, logam campuran, bagian dalam mesin - membawa terlalu banyak bau manusia sehingga berpengaruh pada roh kami jika terlalu dekat dalam waktu terlalu lama. Mungkin ini semacam 'alergi'.

Kerikil dalam dongeng yang diakui memiliki kemampuan mengubah besi biasa atau perak; tentu saja, hanya isapan jempol belaka, seperti bisa kau tanyakan pada imp manapun. Suatu ketika; kutunjukkan kepada bocah ingusan itu reaksi tubuhku yang berubah menjadi mahluk mengerikan, bergelung-gelung mengancam sangat menakutkan...Namun, si anak kerempeng itu ternyata hanya menguap, mengorek gigi dengan jari, dan mulai mencoret-coret buku notes. Apakah aku sudah tidak mengerikan lagi, atau anak jaman sekarang yang terlalu sering melihat yang tidak-tidak.

Bila si manusia meyakinkan kepada jin tolol untuk masuk ke dalam botol, kemudian menutupnya, dan menolak membebaskannya kecuali jin itu menyanggupi tiga permintaan, dll... HUAAH, basi.

Aku pernah terlalu berani mengejek seorang master pada saat ia minum teh; sebelum aku menyadarinya, aku telah terkurung di dalam botol selai strobery yang masih setengah penuh dan mungkin akan berada di sana selamanya kalau saja muridnya tanpa sengaja membuka botol itu pada saat makan malam. Fakta yang mengherankan bahwa, meskipun kami marah sekali karena dipanggil kedunia ini, mahluk halus seperti aku mendapatkan banyak sekali kepuasan dari tindakan yang kami lakukan. Sering kali kami merasakan bangga atas tindakan kami yang cerdik, berani, atau heboh dan tentu saja akan tercatat dalam 'Curriculum Vitae' kami.

Membaca serial buku ini membuatku sering tersenyum bahkan tertawa sendiri. Jadi bagaimana dengan anda, ingin berkenalan dengan Bartimaeus yang keren?... Segera miliki bukunya.

Sabtu, 05 Februari 2011

"MUSASHI" - Eiji Yoshikawa

Kisah ini terjadi sekitar akhir abab XVI dan awal abab XVII. Jaman dimana Tokugawa Ieyasu mulai tampil menancapkan pengaruhnya ke seluruh Jepang. Musashi, tokoh kelas bawah yang mencari jati diri lewat pedang. Dengan kisah ini, kita bisa melihat situasi sosial - politik - budaya saat itu. Kisah ini memberikan kilasan sejarah Jepang dan pemahaman akan idealisasi citra-diri manusia Jepang masa kini.

Kyoto, kota pertama yang ditujunya. Ia menentang aliran termasyhur saat itu, Yoshioka. Sendirian ia berhasil membunuh 70 lawannya. Sementara itu, ia terus mengembara untuk mematangkan teknik pedangnya dan juga filsafatnya. Sedikit demi sedikit ia sadar bahwa "pejuang terbaik tidak lagi berkelahi", dan ia pun mulai beralih mencari seni damai: membantu petani mengolah tanah, mengorganisir mereka melawan bandit-bandit.

Kisah yang ditulis dengan gaya yang mirip dengan fiksi tradisional Jepang. Tidak kurang dari 120 juta eksemplar buku ini terjual! Sudah tujuh kali kisah ini difilmkan.

Musashi memberikan jawaban, "Kalau kebetulan saya terbunuh, tak ada bedanya, apakah Anda membuang tubuh saya ke Gunung Toribe atau melemparkannya ke Sungai Kamo bersama sampah. Baik untuk yang pertama maupun yang kedua, saya berjanji tak akan menuntut balas."

Bagi Musashi, yang penting sejak sekarang dan untuk seterusnya adalah pedangnya dan masyarakat sekitarnya, juga seni pedang yang dikuasainya dalam hubungan kehadirannya sebagai manusia. Pada saat memperoleh pemahaman mendalam itu, ia pun puas karena telah menemukan hubungan antara seni beladiri dan visinya mengenai kebesaran.

Musashi lebih cepat dari pedang. Dan lebih cepat lagi lejitan pedang berkilau dari sarungnya sendiri. Kedua orang itu sudah terlampau dekat untuk dapat tampil tanpa cedera, tapi sejenak sesudah cahaya pantulan pedang menari-nari, mereka mundur.

Musashi menjaga betul agar tidak melakukan gerakan tak perlu. Taktik-taktiknya yang primitif tidak dapat dipergunakan. Sampai batas-batas tertentu ia merasa heran, karena tangannya menolak dijulurkan. Maka hal terbaik yang dapat dilakukannya adalah mengambil jurus bertahan konservatif, dan menanti. Matanya semakin merah mencari peluang, dan ia berdoa kepada Hachiman agar menang.

Musashi memperhatikan segumpal awan kecil di langit. Ketika itulah jiwanya kembali ke tubuhnya, dan baru waktu itulah ia melihat beda antara awan dan dirinya, antara tubuhnya dan alam semesta.

Manusia tak pernah meninggalkan rasa cinta dan benci selama hidupnya. Gelombang perasaan datang dan pergi, bersama seiring dengan waktu. Sepanjang hidup Musashi, ada saja orang-orang yang membenci kemenangannya dan mengecam tingkah lakunya pada hari itu.
Pedang dan gelimang darah
Kemenangan tanpa mengalahkan
Sekali tebas untuk sebuah kepastian
Tiada kesombongan bagi satu keberhasilan

Musashi adalah sosok samurai sejati...

"GAJAH MADA" - Langit Kresna Hariadi


Gajah Mada merupakan sosok yang sulit terlupakan dalam sejarah bangsa Indonesia. Ingat peristiwa Sumpah Palapa? Pasti ingat juga terhadap tokoh besar ini. Kebesaran sejarah Mojopahit tidak terlepas dari tangan dingin sang Tokoh Legendaris 'Gajah Mada'. Bila kita membaca sejarah dalam bentuk aslinya, mungkin kita akan sedikit kesulitan memahami apalagi mengingat kejadian demi kejadian pada masa lampau. Namun, bila seorang Novelis mampu menyajikan cerita sejarah dalam bentuk epik - walaupun mungkin isi sejarah sudah tidak asli lagi karena diolah sedemikian rupa agar enak dibaca - maka si pembaca akan mudah dan dengan sukarela memahami dan mengerti jalan cerita sejarah pada masa lampau. Inilah yang disuguhkan oleh sang Novelis LKH(Langit Kresna Hariadi) dalam buku serial GAJAH MADA.

Gajah Mada yang awalnya hanya sebagai seorang lurah prajurit(bekel), mampu meniti karir dengan tekun dan ulet. Mencari celah-celah untuk menggapai cita-cita besarnya sebagai seseorang yang suatu saat bakal membuat "geger" bumi Jawa, bahkan sampai seluruh Nusantara. Kiprah Gajah Mada diawali dengan upaya penyelamatan gemilang seorang Raja Mojopahit yang harus tergusur sesaat dari singgasana akibat pemberontakan(Makar) dari Ra Kuti. Ra Kuti yang didukung para Dharmaputra Winehsuka, walaupun cuma sesaat, mampu menggusur Sri Jayanegara yang saat itu memegang tampuk kekuasaan atas Singgasana Mojopahit.

Kepergian Sri Jayanegara dari singgasana menyebabkan kegelisahan rakyat Mojopahit. Tertulis dalam buku-buku sejarah, ketika pemberontakan Ra Kuti itu terjadi, Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara menyelamatkan Sri Jayanegara ke Bedander. Dengan kemampuan Gajah Mada selaku pimpinan Bhayangkara yang notabene adalah pasukan Telik Sandi (Intelegent negara), Gajah Mada mampu mengembalikan Sri Jayanegara ke Singgasana Mojopahit setelah menggagalkan makar Ra Kuti dan kawan-kawan.

Kemampuan untuk menahan diri, melihat situasi, dan mempergunakan sumber daya Telik Sandi; serta mengambil sikap tegas pada saat yang tepat, mampu menjungkirkan Ra Kuti dari Singgasana dalam waktu yang sangat singkat. Sejak saat itulah nama Gajah Mada mulai diperhitungkan di kancah perpolitikan dan pemerintahan di kerajaan Mojopahit. Padahal, boleh dikata saat itu usia dan pengalaman Gajah Mada masih terlalu "muda" untuk memperoleh posisi penting di pemerintahan. Sedikit demi sedikit tetapi pasti, Gajah Mada mampu menancapkan pengaruhnya di lingkungan Istana yang penuh dengan intrik, perpecahan, dan ambisi untuk memperoleh posisi penting di Kerajaan Mojopahit.

Gajah Mada adalah tokoh yang kontroversial, disegani kawan sekaligus ditakuti lawan. Tokoh sejarah sekaliber Gajah Mada sulit dijumpai dan ditandingi oleh tokoh-tokoh lain di bumi jagad Nusantara ini. Gajah Mada yang sejak mengucapkan "Sumpah Palapa"-nya; bertekad untuk tidak menikah dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk kepentingan dan kejayaan Mojopahit. Para ahli sejarah sampai saat ini masih simpang siur menentukan dimana Gajah Mada lahir dan dimana serta kapan Gajah Mada meninggal. Bahkan kubur Gajah Mada'pun sampai saat ini belum pernah ditemukan. Menjadi tantangan tersendiri bagi para sejarahwan kita untuk menggali sisa-sisa sejarah Mojopahit.

Mengenai olah kanuragan yang Gajah Mada miliki, betul-betul menjadi misteri yang menarik untuk diikuti. Ketokohan dan kepemimpinan Gajah mada sampai menjadi seorang 'Mahapatih' sungguh luar biasa. Ironis!, kejatuhan karir Gajah Mada justru karena kecerobohannya dalam memutuskan suatu sikap antara ambisi Gajah Mada pribadi dengan kepentingan Kerajaan Mojopahit secara keseluruhannya. Hal ini tercermin dari terjadinya 'Perang Bubat' yang menyebabkan gugurnya sang calon permaisuri raja yaitu Dyah Pitaloka yang nama lengkapnya adalah 'Dyah Pitaloka Citraresmi' beserta kedua orang tuanya dilapangan Bubat.
Riuh rendah, gegap gempita dari sepak terjang sang tokoh legendaris Gajah Mada, dapat anda ikuti dalam cerita serial Gajah Mada mulai dari:
  1. Bergelut dalam kemelut Takhta Dan Angkara
  2. Hamukti Palapa
  3. Perang Bubat
  4. Madakaripura Hamukti Moksa

Selamat untuk LKH(Langit Kresna Hariadi) dan sukses untuk buku-buku yang telah dan akan diterbitkannya. Kiranya anda akan terpuaskan membaca, memiliki, dan mengkoleksi serial Gajah Mada ini.

Jumat, 04 Februari 2011

"EMPRESS ORCHID" - Anchee min

Sebuah buku yang menceritakan drama percintaan dan kekuasaan selir muda Kaisar Hsien Feng. Novel yang membangkitkan gairah membaca serta memanjakan perasaan dengan adegan-adegan yang menyentuh hati. Berlatar belakang saat-saat akhir 'Dinasti Ching' yang notabene adalah penguasa China berdarah Manchu. Persaingan antara sang Permaisuri Nuharoo dan sang selir kaisar yaitu Putri Yehonala; berakhir dengan persekongkolan disaat-saat menjelang ajal Kaisar Hsien Feng; disertai dengan keegoisan dan kecongkakan Ibu Suri Kaisar(Ibunda Kaisar). Dikisahkan sebegitu rupa; sehingga membaca buku ini ikut merasakan haru biru kesedihan, ketegangan, dan kegusaran yang tiada hentinya.

Epik tentang Putri Yehonala - seorang gadis desa yang mencapai kekuasaan tertinggi di kota terlarang - dipenuhi dengan intrik-intrik politik, pembunuhan, dan fitnah. Novel berlatar belakang historis ini dikisahkan oleh Anchee Min; yang lahir di Shanghai pada tahun 1957. Putri Yehonala, yang terkenal dengan sebutan "Tzu Hsi", dengan ambisi menggebu-gebu berusaha untuk melindungi sang putra tunggal tercinta pangeran "Tung Chih", akhirnya mengantarkannya menjadi pemegang kekuasaan tertinggi disaat Tung Chih mewarisi gelar Kaisar pada usia yang masih sangat muda.

"Empress Orchid" adalah sebuah novel yang menghadirkan cerita memilukan dan penuh gelora Maharani Anggrek - yang merupakan panggilan sayang Kaisar kepada Tzu Hsi - yang memerintah Dinasti Ching selama 46 tahun. Buku ini layak untuk dibaca dan dikoleksi bagi peminat kisah tentang kehidupan di seputar Kota Terlarang.
Kami memasuki Peking melalui gerbang selatan. Aku terpana melihat dinding-dinding tebal berwarna kemerahan itu. Dinding itu ada dimana-mana, satu dinding dibalik dinding yang lain, berkelok-kelok melingkari seluruh kota tersebut. Tingginya sekitar 40 kaki dan tebalnya 50 kaki. Tepat di jantung kota yang bagaikan merayap rendah itu tersembunyilah Kota Terlarang, kediaman Sang Kaisar.

Aku berjalan diantara ribuan gadis yang terpilih dari seluruh negeri. Setelah pemeriksaan yang pertama, jumlah ini berkurang hingga tinggal dua ratus orang. Aku termasuk mereka yang beruntung, dan kini bersaing untuk menjadi salah seorang dari ketujuh istri Kaisar Hsien Feng.
Para kasim memeriksa tanda lahir kami, bintang, tinggi, berat, bentuk tangan dan kaki, rambut kami. Semuanya harus serasi dengan daftar pertanda pribadi Sang Kaisar. Kami disuruh membuka baju, lalu berbaris. Satu demi satu kami diperiksa oleh kepala kasim, yang diikuti seorang asisten untuk mencatat kata-katanya dalam sebuah buku.

"Yang Mulia Kaisar Hsien Feng dan Yang Mulia Ibu Suri Jin memanggil....." Meninggikan suaranya, Kepala Kasim Shim menyebutkan beberapa nama. "... dan Nuharoo, dan Yehonala!"

An-te-hai bercerita bahwa Kaisar Hsien Feng punya dua ranjang dikamarnya. Setiap malam, kedua tempat tidur itu akan disiapkan dan tirainya diturunkan sehingga tak ada yang tahu pasti diranjang yang mana kaisar tidur. Rahasianya untuk memperoleh banyak informasi adalah membuat setiap orang yakin bahwa dia tak berbahaya. An-te-hai mengatakan bahwa aku bisa memilih untuk dimandikan para kasim, atau para pelayan. Tentu saja pelayan, kataku. Akan janggal dan kikuk sekali rasanya kalau aku harus membuka tubuhku dihadapan para kasim. Sepintas penampilan mereka nyaris sama saja seperti pria normal. Aku tak bisa membayangkan mereka menyentuh tubuhku.

Anakku, yang lahir pada 1 Mei 1856, resminya diberi nama Tung Chih. Tung berarti 'bersama-sama', dan Chih 'memerintah' - dengan demikian artinya "memerintah bersama-sama". Kalau percaya takhayul, aku akan sadar bahwa nama itu sendiri merupakan pertanda.

Mei 1858, Pangeran Kung membawa berita bahwa prajurit kami dibombardir saat masih berada dalam barak. Pasukan Prancis dan Inggris menyerang empat benteng Taku di mulut Sungai Peiho. Kaisar Hsien Feng mendeklarasikan keadaan darurat perang.

Pada 1 Agustus 1860 adalah hari terburuk bagi Kaisar Hsien Feng. Kini tak ada yang bisa menahan orang-orang barbar itu. Inggris datang dengan 173 kapal perang dan 10.000 prajurit, Prancis dengan 33 kapal dan 6.000 serdadu. Rusia turut bergabung. Bersama-sama, ketiganya mendaratkan kekuatan sekitar 18.000 orang di sepanjang pantai Teluk Chihli.

Upacara yang menandai kenaikan takhta Tung Chih secara resmi dimulai saat jenazah Hsien Feng dimasukkan kedalam peti. Sebuah dekrit dikeluarkan dalam kalangan istana untuk menyatakan era baru ini, dan Tung Chih diharapkan mengeluarkan sebuah dekrit untuk menghormati kedua ibunya.

Pada 2 September 1861, dekrit resmi pertama dipublikasikan, menyatakan kehadiran era baru pada seluruh bangsa dan pelantikan yang akan dilaksanakan terhadap sang Kaisar kecil.

Begitu aku muncul dihadapan khalayak yang tengah menunggu; semua menteri berlutut dan bersujud, membentur-benturkan dahi mereka seperti orang gila ke tanah, bersama-sama menyerukan namaku. Mereka telah salah menafsirkan usahaku untuk tetap tinggal di dalam sebagai bukti kesetiaanku pada mendiang Yang Mulia Kaisar Hsien Feng. Mereka terpesona akan kebajikanku.

"TANRIL" - Nafta S. Meika

Kupandangi cukup lama; kuambil dari rak toko buku; masih rapi terbungkus plastik; kuamati dan kubolak-balik, lalu kuletakkan kembali ke rak buku. Setelah berputar-putar beberapa saat - untuk melihat buku-buku lain - aku kembali ke tempat semula. Kulihat lagi buku "TANRIL", kuambil lagi dan ragu-ragu: beli; enggak; beli ah; enggak dan akhirnya kubeli juga buku ini. Sedemikian paranoid'kah diriku?.

Pengalaman seringkali menjadi guru terbaik. Sudah beberapa kali aku kecewa setelah membeli sebuah buku. Diluar tampak menarik, setelah kubeli dan kubaca di rumah: Aku sering terheran-heran; kenapa ada buku se-"parah" ini?, tidak berbobot dan sangat mengecewakan. Dengan pengalaman seperti ini, aku mulai selektif untuk membeli buku. Jadi, tentu saja aku berharap untuk mendapatkan buku yang ber-"mutu".Bila toh akhirnya aku memperoleh buku yang mengecewakan, aku akan segera mencatat nama pengarang serta penerbitnya untuk tidak lagi membeli buku dengan pengarang maupun penerbit untuk buku yang kusebut tidak ber-"mutu" itu.

Lalu bagaimana dengan dua serial buku "TANRIL" ini?. Apakah aku kecewa?. Ternyata aku sangat "puas". Membaca dengan enjoy dan merasakan gemuruh semangat untuk terus memelototi halaman demi halaman. Karena buku ini bagiku memiliki daya tarik tersendiri. Cerita fiksi yang disuguhkan membuat aku yang membacanya sampai terheran-heran. Ternyata masih ada penulis cerita silat yang tidak kalah dengan legenda cersil Kho Ping Hoo. Nafta S. Meika - sang pengarang novel silat epik "TANRIL" - mampu menyuguhkan cerita khayal silat kelas tinggi tanpa membuat pembaca merasa dibodohi. Sekali lagi, buku ini pantas untuk dibeli dan layak dikoleksi.
Namaku Wander Natalez Howard.
Tidak ada yang penting atau menarik yang bisa diceritakan mengenai diriku. Sungguh! Kecuali... mungkin sebuah mimpi aneh yang pernah kualami.
Hari itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Seluruh tubuhku serasa terjerang, merah oleh bara demam. Segalanya terasa begitu menyakitkan, berat, hingga penglihatanku kabur lalu gelap sama sekali.
Aku menyadari bahwa aku masih ada di pembaringan, kuyup oleh keringat. Sekitarku gelap.
Aku melihat ke sekeliling. Ibu dan kakak tampak sedang tidur kecapaian, di sampingku.
Mereka lalu menatap lukisan itu lagi, dan merasa sekali lagi melihat bangau-bangau itu bergerak begitu anggun, dan sekali lagi menghisap  perhatian mereka dengan penuh rasa takjub dan ketenangan yang misterius.

Ilmu bela diri atau seni olah tubuh dianggap sebagai seni paling unggul pada jaman itu. Karena itu diberi julukan singkat sebagai arts. Yaitu rajanya semua kesenian dan keterampilan.
"Aku ingin jadi kuat. Aku suka dengan arts... Kumohon ijin..."

Kurt Bondan Manjare, atau lebih dikenal sebagai Tukang Kebun Rambut Emas, adalah Pengejar Mimpi paling misterius di kota Fru Gar.
Beliau memiliki sebuah wisma besar dan mewah di bagian timur kota, dimana ia tinggal di dalamnya bagaikan seorang pertapa.
Wander melakukannya dan Kurt melihat ke dalam rongga mulut Wander dengan bantuan cahaya lampu minyak. Ketika dia selesai, mendadak ia memencet bagian punggung Wander dekat tulang belakangnya. Saat itu juga, Wander merasa tubuhnya seakan disengat listrik! Seluruh rambut di tubuhnya sontak berdiri, tapi anehnya dia merasa begitu nyaman, bahkan begitu lega. Butir-butir keringat sebesar biji jagung bercucuran dari tubuhnya, dari ujung kepala sampai ke kaki.

Berikutnya, Wander belajar bagaimana bersemedi untuk mengumpulkan tenaga lebih lanjut. Ia melatih napas sambil bersila selama dua jam terus menerus, sampai Kurt menyuruhnya berhenti.
Karena chi-nya adalah miliknya sendiri, ia harus menyelidiki sifat-sifatnya lebih dalam.

Di tengah terjangan gelombang manusia itu, ia bisa merasakan darahnya mendidih ketika energinya makin bergelora! Lusinan prajurit terhantam, terpental, dan akhirnya gelombang itu buyar ke berbagai arah! Tempat ia berdiri sekarang sudah bersih dari musuh, dari tadinya lautan terjangan manusia!
Dia tidak menyadari bahwa pada saat itu ia telah mencapai puncak Tingkat Kekuatan Katedral Samudra Aqumarine. Akan tetapi, Chi di dalam dirinya masih terus mengalir... Dia terus berjuang menguasai luapan tenaganya itu, sambil terus mengontrol emosinya!

Chi adalah energi yang dikaitkan dengan hawa kehidupan atau kelangsungan makhluk hidup; Tidak ada Chi tanpa hidup atau sebaliknya. Sebuah kumpulan tenaga yang bisa dialirkan dan digunakan serta dicapai dengan latihan spiritual maupun fisik yang terkait erat dengan pernapasan, visualisasi, dan sirkulasi. Energi alam, nutrisi makanan, semangat, dan udara yang terserap dalam tubuh, menjadi energi simpanan di luar kekuatan fisik. Kuasa hidup yang terdiri dari dua kutub: Yang merupakan energi panas yang mengalir lurus serta Yin, energi dingin yang berpilin dan berpusar.

Wander mampu menyelesaikan 16 kali fase ledakan chi selama 11 tahun berlatih tanpa kerusakan berarti karena karunia lahirnya sebagai TANRIL yang memiliki daya regenerasi tinggi.

Kamis, 03 Februari 2011

"The Last Concubine" - Lesley Downer

Gambaran yang paling melekat dalam ingatan Sachi - saat mengenang kampung halamannya bertahun-tahun kemudian - adalah pohon-pohon pinus tinggi yang berbaris di sepanjang tepi jalan; langit melengkung yang terlihat lebih dekat seakan-akan bisa disentuh; gunung-gunung pucat berkilauan yang terlihat sangat jauh.

Mendengar rencana kedatangan sang putri, Sachi duduk di samping alat pintal, membantu ibunya menggulung kapas menjadi gelondongan; sementara neneknya memutar roda pemintal di sudut ruangan.

Menjadi pengantin shogun! Hal itu terdengar seperti dongeng yang kadang kala diceritakan nenek. Gadis itu merasa penasaran bagaimana rupa sang shogun. Apakah ia tua dan jelek, keriput serta kurus kering seperti rahib di desanya? Atau masih muda dan penuh semangat?

Sachi mulai memahami mengapa wajah Yang Mulia Putri terlihat begitu akrab. Karena wajah itu mirip dengan wajah yang terpantul dari cermin ibunya yang kusam - seraut wajah serupa wajahnya, hanya saja dalam versi yang lebih dewasa.

Sekilas Sachi memandang ke arah sang putri. Dia bisa menebak apa yang ada dalam benaknya. Sang putri telah dipaksa pergi ke Edo dan menikah dengan shogun, padahal ia telah bertunangan dengan seorang pangeran kekaisaran.

Kastil Edo terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama disebut Aula Dalam atau Ooku, tempat para perempuan agung dan pengiringnya tinggal; yang dilengkapi dengan taman-taman kesenangan, danau-danau, dan sungai kecil serta air terjun, ditambah dengan adanya panggung-panggung untuk pertunjukan drama dan tari.

"Kau pasti lelah," ia berkata, menggunakan kata-kata resmi yang masih digunakan majikan kepada pelayannya untuk berterima kasih. "Kau telah melayani saya dengan baik." Inilah pertama kalinya sang putri berbicara langsung kepada Sachi. Ia melirik. Sesaat, kedua mata mereka bertemu. Senyum Putri Kazu terlihat agak sedih.

Begitulah, suatu hari Lord Ieyoshi melihatku. Sebenarnya, ayahnya juga menginginkan aku, tapi beliau membiarkan Lord Ieyoshi meminangku. Dan seperti itulah yang terjadi. Selanjutnya yang aku tahu, aku telah menjadi selir. Di masa itu ada banyak sekali selir.

Sachi sedang belajar bagaimana bersikap sebagai perempuan agung; berusaha mencari tahu cara bersikap terhadap orang yang berada di bawah derajatnya. Sebelum ini, derajatnya hampir sama rendahnya dengan mereka. kini dia harus memperlakukan seolah-olah mereka tidak nyata.

'The Last Concubine' adalah buku yang enak dibaca, dengan cerita yang mengalir, berkisah tentang seorang wanita dari kalangan biasa, dan akhirnya memperoleh mimpinya untuk menjadi seorang selir Shogun. Cerita dalam buku ini berlatar belakang saat Shogun Ieyoshi berkuasa di negeri Jepang. Saat-saat terakhir keruntuhan ke-shogun-an di Jepang yang didahului dengan perpecahan pendapat dan keinginan antara pihak ke-kaisar-an dan ke-shogun-an.

Seperti kita ketahui, Shogun di Jepang merupakan penguasa militer, sedangkan Kaisar adalah lambang kekuasaan. Dalam hal ini, pemegang tampuk pemerintahan sebenarnya adalah Shogun yang membawahi para daimyo(penguasa propinsi).
Kemelut antara Shogun dan Kaisar dipicu oleh mulai hadirnya pasukan-pasukan asing di Jepang. Shogun Ieyoshi termasuk klan Tokugawa. Dan klan Tokugawa ini akhirnya kalah. Lord Yoshinobu sebagai pengganti Lord Ieyoshi sebagai Shogun, tidak berdaya menghadapi tekanan yang bertubi-tubi dari pihak-pihak yang mendukung ke-kaisar-an.

Sachi, yang merupakan selir kesayangan dari Lord Ieyoshi dan berasal dari desa Kiso, merupakan tokoh yang harus jungkir balik menghadapi situasi yang tidak menentu di kastil Edo. Kisah tentang intrik dan pembunuhan yang melibatkan para selir Shogun di kastil Edo serta cengkraman kekuasaan dari ibu suri dibumbui kisah percintaan dan penderitaan dari putri Kazu merupakan sebagian besar dari isi buku ini. Setelah kehancuran kastil Edo, tempat yang dulunya istana para perempuan kini menjadi Taman Timur Istana Kekaisaran(Imperial Palace East Gardens).

Kehidupan para perempuan pada saat itu sangat berbeda. Perempuan berderajat tinggi jarang meninggalkan rumah, selalu bersikap tenang, tanpa perubahan air muka, tidak perduli malapetaka sebesar apapun yang menimpa mereka. Sebuah masyarakat yang tidak memiliki konsep tentang cinta.
Di dalam buku inilah kisah cinta Sachi dituliskan dengan begitu dramatis dan romantis tanpa pernah menggunakan kata "cinta". Buku yang membedah kehidupan para perempuan di Istana Shogun(Kastil Edo) ini sungguh layak untuk dibaca. Bahkan mungkin untuk dikoleksi.

Rabu, 02 Februari 2011

"TIRAI MENURUN" - Nh. Dini

Novel yang menyuguhkan tentang kisah percintaan dengan latar belakang kehidupan rakyat jelata di pedesaan. Kehidupan masyarakat bawah dengan segala kepolosan dan keluguannya disajikan dengan sedemikian menarik. Membaca novel ini seperti mengalami kehidupan pada masa-masa budaya daerah di jawa sedang digandrungi, yaitu kesenian wayang orang.

Nh. Dini, novelis terkenal pada jamannya hingga saat ini mampu menggugah pembaca untuk kembali mengingat betapa berharganya kebudayaan suatu bangsa yang disebut wayang orang. Namun demikian kita akui, kebudayaan yang semestinya dilestarikan tersebut semakin tidak ada gaungnya, tergerus oleh kecepatan arus teknologi yang berkembang sangat pesat saat ini.

Tirai Menurun berkisah tentang kesederhanaan hidup para tokohnya. Menerima dan menjalani kehidupan apa adanya, diselingi dengan intrik-intrik kecil di balik layar panggung wayang orang. Bahkan sang dalang pun ikut membuat novel ini menjadi serasa hidup dengan kendali yang begitu kokoh dan kuat terhadap prinsip kehidupan seorang jawa tulen yang mencintai seni budaya wayang orang.
Kintel tidak mengetahui asal usulnya. Sepanjang ingatan yang muncul di alam sadarnya, dia selalu pindah dari rumah ke rumah, menjadi penolong keluarga-keluarga petani di lingkungannya.
Seperti juga asal kelahirannya, Kintel tidak mengetahui mengapa dia bernama demikian. Seolah-olah itu telah ditetapkan menyatu dengan dirinya.
Dia menerimanya dengan sikap menyerah tanpa pertanyaan. Semua yang terjadi merupakan sesuatu yang sudah semestinya.
Kintel merasa bahagia hidupnya. Sedari kecil, kebutuhan yang utama terdiri dari makan, tidur, 2 baju, dan mandi-mandi di sungai atau pancuran.

"Apa tidak kesepian?",tiba-tiba tangan perempuan di depannya terulur menyentuh perut Kintel. Gerakan kelakar tanda keakraban yang sering kali ia terima dari teman sesama pekerja.
"Tidak!" jawab Kintel.
"Makan dimana? Mau menemani aku ke warung? Makan bersama?" Kintel tidak menjawab. Tapi mukanya tegak, memandang lurus ke wajah wanita itu.
Baru sekarang dia melihat jelas bahwa mata Irah besar, dilindungi bulu-bulu yang melengkung ke angkasa.
"Berapa umurmu?" tanya Irah. Kintel tidak tahu. Dia memang tidak pernah tahu kapan dan dimana ia dilahirkan.
"Sudah pernah tidur dengan perempuan?".
"Belum" jawab Kintel dengan lirih.
"Mengapa?". Ini Kintel juga tidak tahu. Kintel tetap tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Seperti kehidupan panggung yang lain, wayang tentu saja membutuhkan pelakon. Kalau perempuan ya harus manis, cantik, dan menarik. Kalau pria ya harus tampan dan cakap. Atau bisa juga kebalikannya yaitu jelek, bengis, bahkan menakutkan. Ramuan ulasan dan kostumnya, kalau ditimbang bisa lebih dari 2 kilogram. Ini yang dinamakan kehidupan panggung.
watak manusia panggung, di hari-hari biasa juga berbeda dari peranan yang dijalankan di waktu malam.

Panggung memiliki peraturannya sendiri. Cara berbicara di panggung berlainan dari di luar.
Pandai omong di luar belum berarti berani dan jelas menyuarakan maksudnya apabila berada di atas panggung.
Pentas adalah pertunjukan. Percakapan tidak boleh lepas dari lingkup lakon. Dialog yang berhubungan dengan dunia luar diserahkan kepada para punakawan, sebagai pembawa udara kehidupan nyata. Sebab itulah mereka sering dijadikan corong pembawa informasi atau iklan.
Benar! Ada penggemar wayang wong(wayang orang). Namun menurut bu Usup, kebanyakan dari mereka mengagumi pemain hanya karena kecantikan dan ketampanan badan atau wajah. Kalaupun ada yang mengerti kemahiran anak wayang dalam berolah krida, tetap saja anggapan moral lebih rendah ditujukan kepada mereka daripada terhadap orang-orang yang memiliki pekerjaan lain.

Dasih suka ngambek. Dia tidak suka dibohongi. Lebih-lebih dia tidak suka suaminya berjudi.
"Kenapa kakang harus terpikat oleh cara-cara maksiat untuk menjadi lebih kaya?".
"Puas dik! Puas karena menang! Itu hiburan!".
"Lha anak-anak? Lha aku? Apa kami ini bukan hiburan?". Dengan jengkel Kedasih memprotes.

Tiba-tiba Sang dalang merasakan sesuatu menyumbat alat pernapasannya. Berangsur-angsur napasnya tersengal pendek-pendek.
Lalu pandangannya meredup, kelopak mata menutup. Tiba-tiba lengan kanannya terangkat naik, seakan memegang sesuatu, menggenggam erat, bergerak ke arah tengah. Seolah dia menancapkan sesuatu yang dia pegang.
Kemudian lengan itu lunglai, jatuh diatas tubuh sang dalang.
Sang dalang telah menancapkan gunungan, tegak di tengah layar.

Selasa, 01 Februari 2011

"ANGELA'S ASHES" Oleh Frank McCourt

Buku ini mengalirkan kisah kehidupan nyata dari sang penulis. Merupakan buku pertama yang ditulis oleh Frank McCourt dan memenangkan Pulitzer Prize 1997, Nasional Book Critic Circle Award, Los Angeles Times Award, serta Royal Society of Literature Award. Buku ini dengan cepat menjadi best seller, menduduki puncak daftar peringkat di seluruh dunia selama lebih dari 3 tahun. Diterbitkan lebih dari 20 bahasa.

Cerita perjuangan hidup sang penulis (Frank McCourt) di masa kecil yang menyedihkan di Irlandia. Orang bisa saja membual dan meratap tentang penderitaan di saat muda, tapi pasti tidak seburuk ala Irlandia: Kemiskinan, Ayah alcoholic yang tidak memiliki kemauan tetapi banyak omong, Pastor-pastor yang angkuh, Guru-guru yang suka menyiksa dan orang-orang Inggris dengan segala arogansinya selama kurang lebih 800 tahun.
Dad datang ke pintu kamar tidur "Bangun, anak-anak, Bangun! Francise, Malachy, Oliver, Eugene. Para ksatria ranting merah, para pejuang Fenian, pejuang IRA. Bangun, Bangun!". "Aku mau mereka siap untuk hari ketika Irlandia merdeka dari tengah ke laut" begitu kata Dad. Bila Dad pulang dengan bau wiski di badannya, meraung, bernyanyi, berderap mengelilingi meja, menangis, si kembar ikut menangis bersama Mom. Dan Mom selalu berkata "Frankie, Malachy, keluarlah! Kalian tidak boleh melihat ayah kalian seperti ini".

Natal tiba. Mom mengajak aku dan Malachy ke St. Vinchent De Paul Society untuk mengantri kupon makan untuk sepotong daging angsa. Ternyata Mom tidak mendapatkan kupon karena antrian yang terlalu panjang sehingga yang tersisa adalah sebuah kalimat dari sang penjaga "Tidak ada angsa, yang tersisa tinggal kepala babi". Mom berujar "tetapi anak-anak tidak akan makan kepala babi itu". Sang penjaga berkata, "selamat natal nyonya, Tuhan memberkati".
Jadilah malam natal yang kami nikmati dengan kepala babi,moncong yang panjang, mata melotot ditengah meja makan, "Selamat Natal frankie".

Saat itu umurku masih sekitar 13 tahun dengan 3 orang adik, yaitu Malachy dan si kembar. Begitulah kehidupanku dari hari ke hari sampai usiaku menginjak 17 tahun. Inilah awal bagiku untuk mengadu nasib dengan pergi berlayar ke Amerika bersama seorang Pastor.
Itulah sedikit kutipan tentang kisah nyata dalam buku Angela's Ashes. Seorang anak kecil yang bertahan hidup dalam kemiskinan, cuaca yang tidak bersahabat, penyakit, kematian, dan kekuasaan pemuka agama serta berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Selama 30 tahun berikutnya, Frank McCourt mengajar di berbagai sekolah menengah dan perguruan tinggi negeri di New York.

Sebuah buku yang menakjubkan dan sungguh-sungguh memukau. Membaca cerita ini akan membuat anda terperangah. Alur cerita tentang hidup yang suram dengan keberuntungan-keberuntungan kecil yang kerap diraih Frank McCourt dengan cara tak terduga, akan membuat anda tersenyum dan tertawa sendiri. Sungguh buku ini akan membuat anda larut dalam haru tetapi dapat tersenyum saat merasakan kemenangan akhir sang penutur kisah.

Senin, 31 Januari 2011

Aku dan Buku

Semua buku yang kumiliki adalah teman-teman serta pendampingku.
Mereka membuatku tersenyum, tertawa, menangis dan merasakan gairah kehidupan...

Membaca buku adalah sesuatu yang biasa, memahami isi buku tidak semudah seperti membaca buku. Membuat buku, jelas tidak semua orang mampu melakukannya. Membeli buku, nah... ini baru persoalan lain. Jadi, untuk memiliki sebuah buku harus mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan "buku". Ada minat membaca, ingin mengetahui isi buku, memiliki dana untuk membeli buku, dan sebagainya.

Kegemaran membaca buku(bukan buku pelajaran lho) sudah aku rasakan sejak aku usia remaja, tepatnya saat masih SMP. Harap maklum, pada waktu itu buku yang paling digemari adalah buku2 cerita silat yang tidak lain adalah buku karangan Kho Ping Hoo dan SH Mintardja yang terkenal dengan bukunya Api di bukit menoreh.

Buku Kho Ping Hoo yang sempat saya gemari waktu itu adalah buku Bu Kek Siansu, Istana Pulau Es, Sepasang Pedang Iblis, dll. Buku pengarang lain yang sempat saya baca antara lain Api di Bukit Menoreh, Sabuk Inten - Nogo Sosro. Buku-buku tersebut bukan beli lho, tapi sewa di tempat persewaan buku dengan cara setiap jilid harus menunggu cukup lama untuk mendapatkannya. Setelah menginjak SMA, semua kegemaran itu kuhentikan. Maklum, harus belajar serius nih! Mau melanjutkan ke perguruan tinggi.

Nah, setelah lulus dari perguruan tinggi, menyandang gelar sarjana kedokteran, sibuk dengan urusan pelayanan, mengisi waktu dengan berbagai macam hobi seperti berternak ayam, berternak lele, memelihara ikan Lo Han, gila memancing dari sungai sampai samudra luas, akhirnya bosan juga.

Menginjak usia setengah abad, mulailah mencari kesibukan baru. Tidak lain dan tidak bukan, kembali lagi gila membaca, berselancar di segala toko buku, menguras kantong untuk membeli segala macam buku, mengorbankan waktu tidur untuk membaca buku, dan akhirnya kebingungan menyusun dan meletakkan buku di rumah. Jadilah sekarang ratusan buku baru bertumpuk-tumpuk di lantai 2, diselip-selipkan di tempat almari kayu jati, dan punya rencana untuk membuat perpustakaan mini.

Jangan bayangkan berapa banyak uang yang telah kuhabiskan untuk hobi yang satu ini. Namun demikian, aku tidak menyesal memilikinya. Siapa tahu, suatu ketika akan berguna untuk generasi penerusku. Asyik bukan! Apakah ini sudah memuaskan buat aku? Ternyata belum. Keinginan untuk membeli dan memiliki buku-buku baru masih menggelora bagaikan api yang tiada pernah padam.

Pada awal aku mulai membeli buku, salah satu yang sangat terekam dalam ingatan adalah membeli buku fiksi sejarah produksi dalam negeri yaitu serial Gajah Mada yang pengarangnya adalah Elkaha/LKH (Langit Kresna Hariadi). Kemudian kegandrungan pada buku LKH masih berlanjut sampai kubeli buku Perang Paregrek. Disinilah aku sempat kecewa, karena buku jilid 1 dan 2 sudah kumiliki namun jilid-jilid berikutnya sudah setengah tahun ini aku tunggu-tunggu tidak pernah nongol di toko buku. Ada apa LKH? Aku sangat mengagumi karya2mu.

Membaca sebuah buku sebenarnya merupakan "Seni". Disini kita diharapkan untuk bisa memahami tokoh-tokoh yang ada di dalam buku, selanjutnya masuk ke rangkaian cerita atau kisah yang terdapat di dalam buku, sehingga kita bisa larut di dalam alur cerita yang memungkinkan seolah-olah kitalah tokoh tersebut. Untuk dapat mencapai tahap seperti itu, diperlukan kemampuan imajinasi yang tentunya setiap orang berbeda dalam menggambarkan profil sang tokoh, tempat-tempat cerita tersebut berasal, maupun suasana yang digambarkan oleh sang pengarang.