Kupandangi cukup lama; kuambil dari rak toko buku; masih rapi terbungkus plastik; kuamati dan kubolak-balik, lalu kuletakkan kembali ke rak buku. Setelah berputar-putar beberapa saat - untuk melihat buku-buku lain - aku kembali ke tempat semula. Kulihat lagi buku "TANRIL", kuambil lagi dan ragu-ragu: beli; enggak; beli ah; enggak dan akhirnya kubeli juga buku ini. Sedemikian paranoid'kah diriku?.
Pengalaman seringkali menjadi guru terbaik. Sudah beberapa kali aku kecewa setelah membeli sebuah buku. Diluar tampak menarik, setelah kubeli dan kubaca di rumah: Aku sering terheran-heran; kenapa ada buku se-"parah" ini?, tidak berbobot dan sangat mengecewakan. Dengan pengalaman seperti ini, aku mulai selektif untuk membeli buku. Jadi, tentu saja aku berharap untuk mendapatkan buku yang ber-"mutu".Bila toh akhirnya aku memperoleh buku yang mengecewakan, aku akan segera mencatat nama pengarang serta penerbitnya untuk tidak lagi membeli buku dengan pengarang maupun penerbit untuk buku yang kusebut tidak ber-"mutu" itu.
Lalu bagaimana dengan dua serial buku "TANRIL" ini?. Apakah aku kecewa?. Ternyata aku sangat "puas". Membaca dengan enjoy dan merasakan gemuruh semangat untuk terus memelototi halaman demi halaman. Karena buku ini bagiku memiliki daya tarik tersendiri. Cerita fiksi yang disuguhkan membuat aku yang membacanya sampai terheran-heran. Ternyata masih ada penulis cerita silat yang tidak kalah dengan legenda cersil Kho Ping Hoo. Nafta S. Meika - sang pengarang novel silat epik "TANRIL" - mampu menyuguhkan cerita khayal silat kelas tinggi tanpa membuat pembaca merasa dibodohi. Sekali lagi, buku ini pantas untuk dibeli dan layak dikoleksi.
Lalu bagaimana dengan dua serial buku "TANRIL" ini?. Apakah aku kecewa?. Ternyata aku sangat "puas". Membaca dengan enjoy dan merasakan gemuruh semangat untuk terus memelototi halaman demi halaman. Karena buku ini bagiku memiliki daya tarik tersendiri. Cerita fiksi yang disuguhkan membuat aku yang membacanya sampai terheran-heran. Ternyata masih ada penulis cerita silat yang tidak kalah dengan legenda cersil Kho Ping Hoo. Nafta S. Meika - sang pengarang novel silat epik "TANRIL" - mampu menyuguhkan cerita khayal silat kelas tinggi tanpa membuat pembaca merasa dibodohi. Sekali lagi, buku ini pantas untuk dibeli dan layak dikoleksi.
Namaku Wander Natalez Howard.
Tidak ada yang penting atau menarik yang bisa diceritakan mengenai diriku. Sungguh! Kecuali... mungkin sebuah mimpi aneh yang pernah kualami.
Hari itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Seluruh tubuhku serasa terjerang, merah oleh bara demam. Segalanya terasa begitu menyakitkan, berat, hingga penglihatanku kabur lalu gelap sama sekali.
Aku menyadari bahwa aku masih ada di pembaringan, kuyup oleh keringat. Sekitarku gelap.
Aku melihat ke sekeliling. Ibu dan kakak tampak sedang tidur kecapaian, di sampingku.
Mereka lalu menatap lukisan itu lagi, dan merasa sekali lagi melihat bangau-bangau itu bergerak begitu anggun, dan sekali lagi menghisap perhatian mereka dengan penuh rasa takjub dan ketenangan yang misterius.
Ilmu bela diri atau seni olah tubuh dianggap sebagai seni paling unggul pada jaman itu. Karena itu diberi julukan singkat sebagai arts. Yaitu rajanya semua kesenian dan keterampilan.
"Aku ingin jadi kuat. Aku suka dengan arts... Kumohon ijin..."
Kurt Bondan Manjare, atau lebih dikenal sebagai Tukang Kebun Rambut Emas, adalah Pengejar Mimpi paling misterius di kota Fru Gar.
Beliau memiliki sebuah wisma besar dan mewah di bagian timur kota, dimana ia tinggal di dalamnya bagaikan seorang pertapa.
Wander melakukannya dan Kurt melihat ke dalam rongga mulut Wander dengan bantuan cahaya lampu minyak. Ketika dia selesai, mendadak ia memencet bagian punggung Wander dekat tulang belakangnya. Saat itu juga, Wander merasa tubuhnya seakan disengat listrik! Seluruh rambut di tubuhnya sontak berdiri, tapi anehnya dia merasa begitu nyaman, bahkan begitu lega. Butir-butir keringat sebesar biji jagung bercucuran dari tubuhnya, dari ujung kepala sampai ke kaki.
Berikutnya, Wander belajar bagaimana bersemedi untuk mengumpulkan tenaga lebih lanjut. Ia melatih napas sambil bersila selama dua jam terus menerus, sampai Kurt menyuruhnya berhenti.
Karena chi-nya adalah miliknya sendiri, ia harus menyelidiki sifat-sifatnya lebih dalam.
Di tengah terjangan gelombang manusia itu, ia bisa merasakan darahnya mendidih ketika energinya makin bergelora! Lusinan prajurit terhantam, terpental, dan akhirnya gelombang itu buyar ke berbagai arah! Tempat ia berdiri sekarang sudah bersih dari musuh, dari tadinya lautan terjangan manusia!
Dia tidak menyadari bahwa pada saat itu ia telah mencapai puncak Tingkat Kekuatan Katedral Samudra Aqumarine. Akan tetapi, Chi di dalam dirinya masih terus mengalir... Dia terus berjuang menguasai luapan tenaganya itu, sambil terus mengontrol emosinya!
Chi adalah energi yang dikaitkan dengan hawa kehidupan atau kelangsungan makhluk hidup; Tidak ada Chi tanpa hidup atau sebaliknya. Sebuah kumpulan tenaga yang bisa dialirkan dan digunakan serta dicapai dengan latihan spiritual maupun fisik yang terkait erat dengan pernapasan, visualisasi, dan sirkulasi. Energi alam, nutrisi makanan, semangat, dan udara yang terserap dalam tubuh, menjadi energi simpanan di luar kekuatan fisik. Kuasa hidup yang terdiri dari dua kutub: Yang merupakan energi panas yang mengalir lurus serta Yin, energi dingin yang berpilin dan berpusar.
Wander mampu menyelesaikan 16 kali fase ledakan chi selama 11 tahun berlatih tanpa kerusakan berarti karena karunia lahirnya sebagai TANRIL yang memiliki daya regenerasi tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar