Kamis, 10 Februari 2011

"SENJA JATUH DI PAJAJARAN" - Aan Merdeka Permana

Serial ini terdiri dari 3 seri yang masing-masing berjudul:
1. Kemelut Di Istana Sri Bima
2. Kemelut Di Cakrabuana
3. Kunanti Di Gerbang Pakuan

Membaca dan memahami sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah berjaya di bumi Nusantara; sejatinya akan membuat kita lebih kaya pengetahuan tentang budaya bangsa Indonesia di masa lampau. Novel fiksi ini mengupas hingar-bingar perebutan harta, cinta, dan kekuasaan seputar - "Istana Sri Bima" - di bumi Jawa bagian barat. Dalam hal ini, "Pakuan" yang menjadi pusat pemerintahan, cukup kewalahan menghadapi kepungan Banten, Demak, dan Cirebon yang ingin memisahkan diri dari pengaruh "Pajajaran".

Permusuhan yang penuh intrik, fitnah, dan tebaran mata-mata mewarnai kisah kemelut ini. Saat itu yang menjadi penguasa Pajajaran di Pakuan adalah "Prabu Ratu Sakti" (1543 - 1551 Masehi). Sedangkan tokoh fiktif yang dimunculkan penulis pada buku ini adalah "Ginggi" yang adalah murid terakhir Ki Darma. "Ki Darma" yang sangat mencintai dan pernah mengabdi cukup lama sebagai tokoh penting di pusat pemerintahan Pajajaran; sangat prihatin melihat banyaknya penghianat di bumi Pajajaran.

Kisah-kisah "asmara" yang penuh bilur-bilur kepedihan, oleh penulis dituturkan dengan sedemikian memikat dan penuh pesona. Novel besutan penulis yang asli orang Sunda ini, juga mengajak pembaca menyusuri lekuk liku bumi "Parahiyangan" yang sangat menawan dan eksotik.
Ki Darma menghela napas panjang, lalu berkata, "Prabu Ratu Sakti yang memimpin negeri hari-hari belakangan ini, sebenarnya punya tujuan baik. Dia ingin mengembalikan Pajajaran ke zaman keemasan seperti yang dialami oleh Sri Baduga Maharaja, kakek buyutnya. Hanya bedanya jika dulu kekayaan negeri melimpah, kini kekayaan kas negara harus dihasilkan dari keringat rakyat sendiri. Kemampuan rakyat dipompa habis, seba (pajak) ditarik setinggi-tingginya."

Pemberontakan demi pemberontakan datang silih berganti mendera Pajajaran dan sejauh itu masih bisa ditepis oleh prajurit yang masih setia penuh pada negara, seperti yang dilakukan kelompok Yogascitra. Hanya saja, peperangan ini menyebabkan kekuatan negeri kian melemah. Pajajaran makin terpuruk ketika pasukan dari Banten untuk kedua kalinya melakukan penyerbuan ke Pakuan pada tahun 1567 Masehi.

Alhasil, kerajaan besar di 'telatah Sun
da' inipun makin tak menentu. Rakyat dan punggawa tak tahu lagi mesti menaruh harap kepada siapa. Beruntung, dalam kemelut besar ini hadir seorang kesatria yang berkali-kali menyelamatkan Pajajaran dari ancaman kehancuran akibat pemberontakan. Kesatria Ginggi membawa sejumput cahaya harapan bagi Pajajaran yang telah berada di ambang gulita senja. Dapatkah kerajaan Pajajaran sekali lagi dan sekali lagi terhindarkan dari kehancuran? Bagaimana pula akhir drama penyerangan pasukan Banten ke kerajaaan ini?

Trilogi Pajajaran ini mengkisahkan dengan tuntas dari awal hingga akhir kisah perjalanan negeri Pajajaran beserta para pelakon di dalamnya. Selamat menikmati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar