Kalau anda tidak memiliki atau sempat (-pinjam punya teman-) membaca buku ini, sungguh suatu saat anda akan menyesal. Ini buku bacaan "wajib" bagi orang-orang yang berani menyebut dirinya sebagai penggemar buku. Dalam buku ini, kita akan mengenal seorang "tokoh unik" yang disebut "Hideyoshi". Hampir setiap orang (paling tidak orang Jepang lah) pasti pernah mendengar atau mengucapkan nama tersebut. Dia - Hideyoshi - sebenarnya adalah orang biasa, rakyat jelata, tanpa pendidikan, rumah tangga berantakan, punya ayah tiri yang galak.
Semasa kecil sampai remaja kerjanya hanya keluyuran tidak menentu tapi dia sangat menyayangi ibunya. Sudah sering kali ia minggat dari rumah... Tapi toh kembali lagi karena kelaparan. Suatu saat, dia benar-benar pergi untuk bekerja serabutan apa saja yang penting dapat makan. Bahkan, terakhir ia menjadi pembantu "khusus", mulai sebagai tukang sapu, pembawa sandal, sampai pencuci kuda. Nah, nasib baik berpihak padanya karena ketekunan dan rajinnya amit-amit, sang Bos mulai menyukai bahkan menyayanginya.
Kebetulan, si Bos Hideyoshi terakhir ini adalah seorang Samurai terkenal saat itu. Nama Bos ini adalah "Nobunaga". Hideyoshi sebenarnya pandai membawa diri dengan sikap santun dan memiliki otak setengah encer alias cerdik. Kalau lihat tampangnya (maaf), Hideyoshi termasuk "agak parah". Orangnya pendek, rambut acak-acakan dan sukar disisir, tubuh kerempeng, hidung pas-pasan, muka jerawatan... Pokoknya boleh dikata "tidak keren" sama sekali. Sewaktu kecil, dia sering dipanggil si "monyet".
Celakanya, saat ia sudah dewasa, bahkan oleh sang bos - Nobunaga - dia tetap dipanggil monyet. Tapi tak apa lah, dia sudah biasa mendengar ejekan itu dan tidak perlu marah. Sebagai pengikut setia sang tokoh Samurai hebat di jaman itu, anda tentu mengira bahwa Hideyoshi juga seorang samurai hebat. Ternyata dugaan anda agak meleset. Kemampuan bermain pedang Hideyoshi mungkin hanya sedikit lebih baik dari anda saat bermain pedang-pedangan - menyedihkan! Seiring kemenangan demi kemenangan Nobunaga dalam peperangan, Hideyoshi selalu ikut berperan menentukan keberhasilan Nobunaga.
Taktik-taktik peperangan di medan tempur, trik-trik negosiasi dengan musuh, cara pendekatan persuasif untuk merangkul sekutu, dan kesetian tanpa tanding yang dimiliki Hideyoshi, sungguh membuat Nobunaga semakin percaya kepadanya. Selain itu, kecerdikan Hideyoshi juga tampak saat dia memberi "nasehat" kepada Bos; bagaimana membuat anak buah tunduk dan patuh pada Nobunaga. Bahkan pada waktu Nobunaga merencanakan membuat benteng pelindung dari serangan musuh; untuk melunakkan hati pekerja bangunan yang bandel - pun, diantara sekian anak buah Nobunaga yang rata-rata adalah panglima perang beken, ternyata hanya Hideyoshi yang sanggup mengatasinya, luar biasa!
Ide-ide cemerlang Hideyoshi sering kali membuat para "Jendral-jendral" Nobunaga meradang. Hideyoshi yang hanya sekelas "kacung" dapat mengungguli mereka para Jendral yang kenyang asam garam peperangan. Namun ada juga yang tidak membenci Hideyoshi secara terang-terangan. Melalui usaha tak kenal lelah, akhirnya Nobunaga berhasil meraih cita-citanya sebagai pemegang puncak kekuasaan di Jepang, yakni sebagai "Shogun". Dengan keberhasilan Nobunaga menjadi Shogun, karir dan nasib Hideyoshi ikut melambung.
Sebagai orang kepercayaan, Hideyoshi tidak pernah mengecewakan Nobunaga. Maka, Hideyoshi diberi job lumayan ok, yaitu memimpin sekelompok kecil prajurit. Naik pangkat, begitulah istilah gampangnya. Saat Nobunaga akhirnya gugur pada serangan mendadak yang dilakukan musuh, maka Hideyoshi lah yang mengambil kesempatan emas ini untuk menggantikan posisi Nobunaga. Jadi, dengan kata lain, pelan tapi pasti Hideyoshi naik pangkat lagi. Bahkan naiknya melebihi aturan main yaitu secara tidak langsung dia memegang tampuk kekuasaan tertinggi dengan menebeng nama salah satu putra Nobunaga.
Kisah perjalanan hidup Hideyoshi dan Nobunaga dijelaskan sangat runtut dan menyentuh dalam buku ini. Cerita berikutnya... sebaiknya anda sendiri yang membaca, pasti lebih menarik, pasti lebih penasaran, dan akhirnya yakinlah anda akan terpuaskan. Selamat anda telah mengenal sang maestro Jepang jaman dahulu kala "Hideyoshi".
Semasa kecil sampai remaja kerjanya hanya keluyuran tidak menentu tapi dia sangat menyayangi ibunya. Sudah sering kali ia minggat dari rumah... Tapi toh kembali lagi karena kelaparan. Suatu saat, dia benar-benar pergi untuk bekerja serabutan apa saja yang penting dapat makan. Bahkan, terakhir ia menjadi pembantu "khusus", mulai sebagai tukang sapu, pembawa sandal, sampai pencuci kuda. Nah, nasib baik berpihak padanya karena ketekunan dan rajinnya amit-amit, sang Bos mulai menyukai bahkan menyayanginya.
Kebetulan, si Bos Hideyoshi terakhir ini adalah seorang Samurai terkenal saat itu. Nama Bos ini adalah "Nobunaga". Hideyoshi sebenarnya pandai membawa diri dengan sikap santun dan memiliki otak setengah encer alias cerdik. Kalau lihat tampangnya (maaf), Hideyoshi termasuk "agak parah". Orangnya pendek, rambut acak-acakan dan sukar disisir, tubuh kerempeng, hidung pas-pasan, muka jerawatan... Pokoknya boleh dikata "tidak keren" sama sekali. Sewaktu kecil, dia sering dipanggil si "monyet".
Celakanya, saat ia sudah dewasa, bahkan oleh sang bos - Nobunaga - dia tetap dipanggil monyet. Tapi tak apa lah, dia sudah biasa mendengar ejekan itu dan tidak perlu marah. Sebagai pengikut setia sang tokoh Samurai hebat di jaman itu, anda tentu mengira bahwa Hideyoshi juga seorang samurai hebat. Ternyata dugaan anda agak meleset. Kemampuan bermain pedang Hideyoshi mungkin hanya sedikit lebih baik dari anda saat bermain pedang-pedangan - menyedihkan! Seiring kemenangan demi kemenangan Nobunaga dalam peperangan, Hideyoshi selalu ikut berperan menentukan keberhasilan Nobunaga.
Taktik-taktik peperangan di medan tempur, trik-trik negosiasi dengan musuh, cara pendekatan persuasif untuk merangkul sekutu, dan kesetian tanpa tanding yang dimiliki Hideyoshi, sungguh membuat Nobunaga semakin percaya kepadanya. Selain itu, kecerdikan Hideyoshi juga tampak saat dia memberi "nasehat" kepada Bos; bagaimana membuat anak buah tunduk dan patuh pada Nobunaga. Bahkan pada waktu Nobunaga merencanakan membuat benteng pelindung dari serangan musuh; untuk melunakkan hati pekerja bangunan yang bandel - pun, diantara sekian anak buah Nobunaga yang rata-rata adalah panglima perang beken, ternyata hanya Hideyoshi yang sanggup mengatasinya, luar biasa!
Ide-ide cemerlang Hideyoshi sering kali membuat para "Jendral-jendral" Nobunaga meradang. Hideyoshi yang hanya sekelas "kacung" dapat mengungguli mereka para Jendral yang kenyang asam garam peperangan. Namun ada juga yang tidak membenci Hideyoshi secara terang-terangan. Melalui usaha tak kenal lelah, akhirnya Nobunaga berhasil meraih cita-citanya sebagai pemegang puncak kekuasaan di Jepang, yakni sebagai "Shogun". Dengan keberhasilan Nobunaga menjadi Shogun, karir dan nasib Hideyoshi ikut melambung.
Sebagai orang kepercayaan, Hideyoshi tidak pernah mengecewakan Nobunaga. Maka, Hideyoshi diberi job lumayan ok, yaitu memimpin sekelompok kecil prajurit. Naik pangkat, begitulah istilah gampangnya. Saat Nobunaga akhirnya gugur pada serangan mendadak yang dilakukan musuh, maka Hideyoshi lah yang mengambil kesempatan emas ini untuk menggantikan posisi Nobunaga. Jadi, dengan kata lain, pelan tapi pasti Hideyoshi naik pangkat lagi. Bahkan naiknya melebihi aturan main yaitu secara tidak langsung dia memegang tampuk kekuasaan tertinggi dengan menebeng nama salah satu putra Nobunaga.
Kisah perjalanan hidup Hideyoshi dan Nobunaga dijelaskan sangat runtut dan menyentuh dalam buku ini. Cerita berikutnya... sebaiknya anda sendiri yang membaca, pasti lebih menarik, pasti lebih penasaran, dan akhirnya yakinlah anda akan terpuaskan. Selamat anda telah mengenal sang maestro Jepang jaman dahulu kala "Hideyoshi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar