Jumat, 04 Februari 2011

"EMPRESS ORCHID" - Anchee min

Sebuah buku yang menceritakan drama percintaan dan kekuasaan selir muda Kaisar Hsien Feng. Novel yang membangkitkan gairah membaca serta memanjakan perasaan dengan adegan-adegan yang menyentuh hati. Berlatar belakang saat-saat akhir 'Dinasti Ching' yang notabene adalah penguasa China berdarah Manchu. Persaingan antara sang Permaisuri Nuharoo dan sang selir kaisar yaitu Putri Yehonala; berakhir dengan persekongkolan disaat-saat menjelang ajal Kaisar Hsien Feng; disertai dengan keegoisan dan kecongkakan Ibu Suri Kaisar(Ibunda Kaisar). Dikisahkan sebegitu rupa; sehingga membaca buku ini ikut merasakan haru biru kesedihan, ketegangan, dan kegusaran yang tiada hentinya.

Epik tentang Putri Yehonala - seorang gadis desa yang mencapai kekuasaan tertinggi di kota terlarang - dipenuhi dengan intrik-intrik politik, pembunuhan, dan fitnah. Novel berlatar belakang historis ini dikisahkan oleh Anchee Min; yang lahir di Shanghai pada tahun 1957. Putri Yehonala, yang terkenal dengan sebutan "Tzu Hsi", dengan ambisi menggebu-gebu berusaha untuk melindungi sang putra tunggal tercinta pangeran "Tung Chih", akhirnya mengantarkannya menjadi pemegang kekuasaan tertinggi disaat Tung Chih mewarisi gelar Kaisar pada usia yang masih sangat muda.

"Empress Orchid" adalah sebuah novel yang menghadirkan cerita memilukan dan penuh gelora Maharani Anggrek - yang merupakan panggilan sayang Kaisar kepada Tzu Hsi - yang memerintah Dinasti Ching selama 46 tahun. Buku ini layak untuk dibaca dan dikoleksi bagi peminat kisah tentang kehidupan di seputar Kota Terlarang.
Kami memasuki Peking melalui gerbang selatan. Aku terpana melihat dinding-dinding tebal berwarna kemerahan itu. Dinding itu ada dimana-mana, satu dinding dibalik dinding yang lain, berkelok-kelok melingkari seluruh kota tersebut. Tingginya sekitar 40 kaki dan tebalnya 50 kaki. Tepat di jantung kota yang bagaikan merayap rendah itu tersembunyilah Kota Terlarang, kediaman Sang Kaisar.

Aku berjalan diantara ribuan gadis yang terpilih dari seluruh negeri. Setelah pemeriksaan yang pertama, jumlah ini berkurang hingga tinggal dua ratus orang. Aku termasuk mereka yang beruntung, dan kini bersaing untuk menjadi salah seorang dari ketujuh istri Kaisar Hsien Feng.
Para kasim memeriksa tanda lahir kami, bintang, tinggi, berat, bentuk tangan dan kaki, rambut kami. Semuanya harus serasi dengan daftar pertanda pribadi Sang Kaisar. Kami disuruh membuka baju, lalu berbaris. Satu demi satu kami diperiksa oleh kepala kasim, yang diikuti seorang asisten untuk mencatat kata-katanya dalam sebuah buku.

"Yang Mulia Kaisar Hsien Feng dan Yang Mulia Ibu Suri Jin memanggil....." Meninggikan suaranya, Kepala Kasim Shim menyebutkan beberapa nama. "... dan Nuharoo, dan Yehonala!"

An-te-hai bercerita bahwa Kaisar Hsien Feng punya dua ranjang dikamarnya. Setiap malam, kedua tempat tidur itu akan disiapkan dan tirainya diturunkan sehingga tak ada yang tahu pasti diranjang yang mana kaisar tidur. Rahasianya untuk memperoleh banyak informasi adalah membuat setiap orang yakin bahwa dia tak berbahaya. An-te-hai mengatakan bahwa aku bisa memilih untuk dimandikan para kasim, atau para pelayan. Tentu saja pelayan, kataku. Akan janggal dan kikuk sekali rasanya kalau aku harus membuka tubuhku dihadapan para kasim. Sepintas penampilan mereka nyaris sama saja seperti pria normal. Aku tak bisa membayangkan mereka menyentuh tubuhku.

Anakku, yang lahir pada 1 Mei 1856, resminya diberi nama Tung Chih. Tung berarti 'bersama-sama', dan Chih 'memerintah' - dengan demikian artinya "memerintah bersama-sama". Kalau percaya takhayul, aku akan sadar bahwa nama itu sendiri merupakan pertanda.

Mei 1858, Pangeran Kung membawa berita bahwa prajurit kami dibombardir saat masih berada dalam barak. Pasukan Prancis dan Inggris menyerang empat benteng Taku di mulut Sungai Peiho. Kaisar Hsien Feng mendeklarasikan keadaan darurat perang.

Pada 1 Agustus 1860 adalah hari terburuk bagi Kaisar Hsien Feng. Kini tak ada yang bisa menahan orang-orang barbar itu. Inggris datang dengan 173 kapal perang dan 10.000 prajurit, Prancis dengan 33 kapal dan 6.000 serdadu. Rusia turut bergabung. Bersama-sama, ketiganya mendaratkan kekuatan sekitar 18.000 orang di sepanjang pantai Teluk Chihli.

Upacara yang menandai kenaikan takhta Tung Chih secara resmi dimulai saat jenazah Hsien Feng dimasukkan kedalam peti. Sebuah dekrit dikeluarkan dalam kalangan istana untuk menyatakan era baru ini, dan Tung Chih diharapkan mengeluarkan sebuah dekrit untuk menghormati kedua ibunya.

Pada 2 September 1861, dekrit resmi pertama dipublikasikan, menyatakan kehadiran era baru pada seluruh bangsa dan pelantikan yang akan dilaksanakan terhadap sang Kaisar kecil.

Begitu aku muncul dihadapan khalayak yang tengah menunggu; semua menteri berlutut dan bersujud, membentur-benturkan dahi mereka seperti orang gila ke tanah, bersama-sama menyerukan namaku. Mereka telah salah menafsirkan usahaku untuk tetap tinggal di dalam sebagai bukti kesetiaanku pada mendiang Yang Mulia Kaisar Hsien Feng. Mereka terpesona akan kebajikanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar