Rabu, 09 Februari 2011

"THE HEIKE STORY" - Eiji Yoshikawa

Sebuah kisah Epik yang menggambarkan keadaan pada abad ke dua-belas sampai awal abad ketiga belas. Kisah ini bertahan sebagai sebuah dokumen sejarah penting dan salah satu karya sastra terbesar dari masa itu. Penulis memperkenalkan tokoh-tokoh sejarah, begitu pula tokoh-tokoh khayalan di dalam novel ini, namun tidak seorang pun dari mereka menjadi pahlawan utama.

Kisah ini ditulis pada saat ibukota dipindahkan dari Nara menuju Kyoto yang sekarang dikenal dengan nama Tokyo. Saat itu, para bangsawan dari 'Klan Fujiwara' memegang peranan didalam pengambilan keputusan-keputusan negara. Mereka mengembangkan sistem pemerintahan yang berpusat pada Kaisar, menduduki semua jabatan penting, Klan Fujiwara menjadi penguasa negara.

Karena wewenang ini, kekayaan Fujiwara pun terus bertambah dan para bangsawan hidup penuh kemewahan dan kekayaan. Kesenian berkembang pesat dan Fujiwara menjadi pengayom bagi golongan seniman. Drama 'Noh', 'Kabuki' yang termahsyur pada abad ke dua-belas berkembang pesat dan menjadi warisan kesusastraan rakyat Jepang. Selain itu, lembaga agama Buddha ikut menikmati perkembangan ini dibawah pembinaan Fujiwara dan mendapat kekayaan besar dalam bentuk tanah bebas pajak. Kuil-kuil dan biara besar melatih para pendeta dan biksu mereka untuk bertempur. Kuil yang terkuat pada masa itu adalah Enryakuji di Gunung Hiei, di sebelah timur laut ibukota.

Pada pertengahan abad itu, pertikaian militer besar-besaran terjadi antara Klan Heike dibawah panglima muda 'Kiyomori' melawan Klan Genji. Klan Heike berhasil mengalahkan Klan Genji. Kiyomori sebagai pemimpin muda Klan Heike ternyata gagal merumuskan sistem pemerintahan dan perundangan yang baru. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan yang tiada henti antara Heike dan Genji. Kedua Klan samurai tersebut sebenarnya tidak memiliki keterkaitan apapun dengan Istana Kekaisaran. Sedangkan Klan Fujiwara yang berusaha menarik dukungan dari Klan Heike maupun Klan Genji sebenarnya hanya ingin mempertahankan wewenang mereka di dalam lingkungan Istana Kerajaan.

Tragisnya, di dalam Klan Fujiwara sendiri terjadi kelompok faksi-faksi yang saling mengadu domba serta mempengaruhi pertikaian bersenjata diantara kuil-kuil dan biara-biara besar. Seluruh Jepang dirundung konflik pada abad ini. Para panglima kecil diberbagai wilayah saling menyerang sehingga seluruh negeri dilanda perang saudara. Kedamaian baru terasa pada akhir abad ke-16, dibawa oleh seorang Jendral bernama 'Tokugawa Ieyasu'. Dialah pelopor 'diktator samurai' yang memerintah Jepang dengan tangan besi selama dua ratus lima puluh tahun.

Novel ini cukup menarik, bercerita tentang kedigdayaan Heike Kiyomori selama masa penuh gejolak itu. Pria yang lemah lembut dan berwawasan luas ini meninggalkan jejak berdarah dalam sepak terjangnya. Perubahan dramatis nasib Kiyomori menjadi inti dari Novel Epik ini. Kisah yang eksotis dengan tutur kata yang indah cukup dapat memikat para pembaca buku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar